Jakarta, CNN Indonesia -- Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut fenomena
El Nino diprediksi bakal mengganggu cuaca secara global akhir tahun ini. Lewat Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) meramalkan akhir tahun nanti, terdapat perluang 70 persen terjadi El Nino.
El Nino merupakan gejala penyimpangan kondisi laut. Fenomena ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar ekuator khususnya di bagian tengah dan timur. Efeknya, El Nino dapat memicu kekeringan di beberapa wilayah sekaligus hujan deras di wilayah lain.
"WMO tidak mengharapkan antisipasi El Nino bakal sekuat fenomena di 2015-2016, tetapi akan masih terdapat dampak yang layak dipertimbangkan," kata WMO dalam pernyataan resminya dikutip dari
AFP, Senin (10/9).
Prediksi ini muncul sebab WMO melihat peningkatan temperatur permukaan Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Utara, Afrika dan sepanjang garis pantai Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada bagian dalam Amerika Selatan, Greenland, pulau-pulau selatan Pasifik dan beberapa bagian di Karibia kemungkinan masuk pengecualian.
Sekjen WMO Petteri Taalas memberikan catatan bahwa 2018 berada dalam lajur terhangat dalam rekam jejak setelah temperatur tinggi terjadi pada Juli dan Agustus di sebagian wilayah di dunia.
Sementara itu, El Nino membawa dampak termasuk di Indonesia. Jika terjadi fenomena El Nino, Indonesia bisa mengalami musim kemarau karena pengurangan curah hujan yang signifikan. Selain Indonesia, curah hujan juga bakal menurun di wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Di sisi lain, potensi hujan terjadi di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah atau Samudera Pasifik serta Argentina.
(stu)