Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Asosiasi
Cloud Computing Indonesia Alex Budiyanto menyebut Indonesia masih butuh waktu untuk mengadopsi teknologi
mesin otonom. Meski ia mengatakan mesin otonom bisa diterapkan secara masif atau mayoritas di Indonesia dalam waktu lima sampai 10 tahun ke depan. Era industri 4.0 akan membawa teknologi mesin otonom yang mampu membawa mesin yang mampu mengambil keputusan.
Kendati demikian Alex mengakui bahwa sulit untuk menerapkan mesin otonom secara 100 persen untuk mengganti peran manusia.
"Kalau 100 persen sulit. Tapi kalau mayoritas diterapkan dan dengan perkembangan TIK yang cepat bisa 5 sampai 10 tahun. Intinya butuh proses untuk bergeser ke 4.0," ujar Alex di kantor Kominfo, Selasa (25/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alex menyebut teknologi komunikasi generasi kelima (5G) menjadi krusial dalam penerapan industri 4.0. 5G berperan agar mesin otonom bisa mengambil keputusan dari big data dan sensor yang sudah ada.
Salah satu bentuk mesin otonom adalah mobil otonom. Alex mengatakan mobil otonom harus disenjatai dengan jaringan 5G agar bisa beroperasi selayaknya mobil dengan pengemudi .
"Mobil ada sensor jadi bisa membedakan jalan, tiang, lampu merah, lampu hijau, itu diproses dengan komputasi dan diproses dengan cepat sehingga mobil itu bisa ambil keputusan," tutur Alex.
Bahkan Alex mengatakan apabila regulasi-regulasi yang diterapkan pemerintah bisa mendukung penerapan industri digital, maka penerapannya bisa terjadi dalam tiga tahun ke depan.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum Asosiasi Pengusaha TIK Nasional Soegiharto Santoso menyebut di era digital ini, Indonesia harus bergerak cepat agar tidak tertinggal. Pemerintah harus bisa membuat regulasi-regulasi ulang mendukung percepatan penerapan industri 4.0.
"Mau tidak mau kita harus bergerak cepat dan berbagi tugas berkaitan dengan penerapan industri 4.0," ujar Soegiharto.
(jnp/evn)