Jakarta, CNN Indonesia -- Jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10) pagi, menambah catatan suram bagi dunia penerbangan Indonesia. Pesawat hilang setelah lepas landas sekitar 13 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Belakangan dilaporkan ada permasalahan pada sistem
flight control (kontrol penerbangan) saat terbang pada ketinggian 1.700 kaki. Akibatnya 189 penumpang diyatakan hilang.
Dalam industri pesawat terbang,
flight control sangat diperlukan. Tanpa
flight control, pesawat cuma sebongkah benda padat yang melayang-layang di udara tanpa arah tujuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pergerakan dan perputaran pesawat di udara sangat ditentukan oleh sistem kontrol penerbangan. Prinsip kerja kontrol penerbangan menghasilkan gaya aerodinamis sebuah pesawat untuk menuntukan ketinggian dan arah pesawat dengan aman.
Sistem
flight control ini memandu pesawat mulai
takeoff, terbang hingga mendarat.
Kontrol penerbangan dibagi menjadi tiga, yaitu
primary flight control (kontrol utama),
secondary flight control (kontrol sekunder) dan
auxiliary flight control (kontrol tambahan).
Kontrol penerbangan utama diperlukan untuk mengendalikan pesawat dengan aman selama penerbangan dan terdiri dari ailerons yang terpasang di bagian sayap kiri dan kanan yang dikendalikan melalui kemudi di depan pilot dan kopilot.
Ada juga elevator serta rudder yang difungsikan melalui pedal. Keduanya untuk menjaga posisi pesawat dalam kondisi lurus dan mendatar.
Kontrol penerbangan sekunder dimaksudkan untuk menunjang kontrol penerbangan utama yang tujuannya untuk membuat pesawat seimbang di udara. Bagian ini terbagi dalam empat bagian, yaitu trim tab, servo tab, spring tab, balance tab.
Dan terakhir kontrol penerbangan tambahan yang terdiri dari
flaps , spoilers, speed brakes, slats, leading edge flaps mengutip
skybrary.aero.
(mik)