Jakarta, CNN Indonesia -- Tekanan udara ban kendaraan bermotor harus diperhatikan saat
musim hujan. Tekanan udara yang tidak sesuai bisa memicu
kecelakaan tunggal dan melibatkan pengguna jalan lain.
Banyak yang beranggapan agar tekanan udara dalam ban harus dikurangi dari aturan yang telah ditetapkan pabrikan. Hal ini dikarenakan kontak area ban dengan aspal menjadi lebih lebar, sehingga ban pengendara tidak akan tergelincir saat melakukan tikungan. Kondisi ini mengaca pada aktivitas balap di sirkuit.
"Biasanya hal ini (menentukan tekanan udara ban) sering dilakukan oleh para bikers (pengendara motor) yang suka baca berita pembalap atau komunitas saja. Masyarakat umum biasanya yah cuma pakai saja (tidak perhatian tekanan udara ban motornya)," ujar Product Development Specialist GT Radial Dodi Yanto saat dihubungi oleh
CNNIndonesia.com, Selasa, (4/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dodi, pengurangan tekanan udara ban kerap dilakukan agar ban mampu memberikan traksi lebih baik pada lintasan yang licin.
"Kalau dia nikung (melakukan manuver atau berbelok) bisa tergelincir, biasanya kalau mau berkendara saat hujan, mereka (yang paham) langsung menurunkan tekanan angin bannya (ban motor). Semisal saat panas mereka menggunakan tekanan 29 PSi diturunkan menjadi 28 PSi saat hujan," ujar Dodi.
Dodi menyarankan agar pemilik motor tidak menggunakan ban dengan ukuran tapak ban yang lebih kecil atau tidak standar bawaan pabrik. Penggunaan ban tersebut hanya akan mempersempit wilayah kontak antara ban dengan aspal, yang akan lebih memungkinkan ban tergelincir.
"Saya tidak pernah menganjurkan bagi para pengendara untuk menggunakan ban yang lebih kecil dari yang standarnya. Biasanya saya akan menyarankan dengan ukuran yang sama atau satu di atas tingkatannya," ungkap Dodi.
Setelah itu, pengendara juga disarankan untuk rutin melihat kualitas bannya. Terdapat titik Tread Wear Indicator (TWI) atau indikator batas penggunaan ban, untuk melihat apakah ban tersebut masih layak pakai atau tidak.
"Kelayakan ban juga harus diperhatikan sebelum berkendara. Harus sering di perhatikan juga titik TWI-nya, kalau sudah menyentuh ujungnya, alangkah baiknya untuk diganti. Itu juga salah satu upaya agar tetap bisa berkendara dengan aman saat hujan," imbuh Dodi.
Produsen ban di Indonesia sudah menciptakan jenis ban yang telah disesuaikan untuk kondisi basah dan kering dalam satu ban. Akan tetapi tidak ada salahnya jika ilmu-ilmu berkendara, seperti memperhatikan tekanan ban, diterapkan dalam berkendara setiap hari. Hal tersebut dilakukan agar pengendara dapat lebih aman saat berkendara.
"Anak-anak yang suka balap di Sentul dan komunitas motor lainnya, biasanya sudah menjadikan hal ini sebagai
habit (kebiasaan) mereka, baik dalam balap ataupun kesehariannya. Tapi tetap tidak ada salahnya masyarakat umum untuk memperhatikan hal tersebut juga," tutup Dodi.
(gfs/mik)