Jakarta, CNN Indonesia -- Data yang dikumpulkan Grab soal kebiasaan pengguna menggunakan aplikasi mencapai lebih dari 4 petabytes, atau 4.000 terabyte, demikian dilaporkan
Tech Wire Asia.
Data yang setara dengan 2 triliun halaman ini merupakan akumulasi dari pengguna Grab di berbagai negara.
Grab sendiri merupakan salah satu perusahaan rintisan berstatus unicorn di Asia Tenggara. Dukungan modal dan jaringan di berbagai negara membuat mereka memiliki pemahaman yang dalam tentang kebutuhan transportasi di wilayah tersebut. Sebagai catatan, unicorn adalah titel yang disematkan kepada perusahaan dengan valuasi aset mencapai US$1 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data-data yang dikumpulkan Grab ini kemungkinan besar berkembang pesat mengingat pada 2019 perusahaan yang didirikan Anthony Tan dan Hooi Ling Tan ini akan fokus pada pengembangan bisnis Grab Platform.
Kepala Teknik Grab Dithesh Gathani menyatakan Grab ingin fokus pada pekerjaan besar yang dapat dilakukan di wilayah Asia Tenggara. Pihaknya pun telah meningkatkan tim tekniknya menjadi hampir 2.000 orang dalam 12 bulan terakhir. Grab juga berencana menambah 1.000 pekerja teknik profesional dalam setahun ke depan.
Selain menambah tim teknis, Grab juga telah meluncurkan pusat penelitian dan pengembangan (R&D) baru di Malaysia, menyusul 5 R&D Centre yang telah mereka dirikan di Singapura, Beijing, Seattle, Ho Chi Minh, dan Jakarta.
"Kami meluncurkan pusat R&D baru di Malaysia dan sedang mencari untuk mempekerjakan 100 pekerja profesional di negara yang akan dikerahkan pada proyek teknologi mendalam untuk bisnis ini," kata Gathani.
Saat ini pendapatan Grab sudah mencapai US$1 miliar di tahun 2018 dan pada 2019 ditargetkan mengantongi pendapatan dua kali lipat atau sebesar US$2 miliar.
(vws)