Jakarta, CNN Indonesia -- CEO
Daimler Dieter Zetsche meyakini perdebatan soal keselamatan pesawat buatan produsen asal Amerika Serikat,
Boeing, yang belakangan merebak merupakan pertunjukan betapa sulitnya memenangkan penerimaan publik pada teknologi otonom pada mobil.
"Apa yang paling penting adalah dimensi psikologis. Bila Anda melihat apa yang terjadi pada Boeing lalu Anda bisa membayangkan apa yang terjadi bila sistem seperti itu mengalami insiden," ujar Zetsche yang ditanyai tentang pengembangan mobil otonom, dilansir dari
Automotive News Europe, Selasa (2/4).
Boeing kini sedang dalam tekanan, pasalnya produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat ini dituntut memperbaiki masalah perangkat lunak pada 737 MAX. Boeing menjelaskan masih butuh waktu buat perbaikan, hal ini bikin masa larangan operasi 737 MAX di berbagai negara kemungkinan diperpanjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boeing 737 MAX menjadi sorotan setelah satu unit pesawat jenis ini yang dimiliki Ethiopian Airline mengalami kecelakaan pada 10 Maret dan menewaskan 157 penumpang. Sebelumnya, pada Oktober 2018, pesawat jenis sama milik Lion Air jatuh di Laut Jawa, Indonesia dan menewaskan 189 penumpang dan kru.
China, Singapura, dan Indonesia merupakan sebagian negara yang akhirnya melarang terbang Boeing 737 MAX. Penyelidikan terkait pengendalian otonom yang berbasis perangkat lunak sedang diinvestigasi.
Zetsche menjelaskan industri otomotif seharusnya memperkenalkan teknologi otonom secara bertahap untuk membangun penerimaan masyarakat. Teknologi ini dikatakan kompleks namun berpotensi meningkatkan keselamatan otomotif.
"Bahkan bila mobil otonom itu 10 tahun lebih aman dibanding mobil disopiri manusia, itu cuma perlu satu insiden spektakuler untuk membuatnya sulit memenangkan penerimaan luas," ucap Zetsche.
(fea)