Jakarta, CNN Indonesia -- Foto black hole atau lubang hitam berhasil diambil para astronom pada Rabu (10/4) malam oleh Event Horizon Telescope (EHT) dan diumumkan melalui konferensi pers simultan di Brussels, Shanghai, Tokyo, Washington, Santiago dan Taipei.
Dilansir dari
Science News, sebetulnya lubang hitam sangat 'pemalu' terhadap kamera. Lubang hitam yang masuk kategori Supermassive Black Hole ini berlindung di pusat galaksi. Jika dilihat lebih dekat, lubang hitam raksasa ini dikelilingi oleh piringan akresi bercahaya.
Lalu, bagaimana para ilmuwan dapat mengabadikan gambar pertama lubang hitam kemarin malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilmuwan menyebutnya dengan 'menempatkan solusi di dalam resolusi', berat lubang hitam supermasif ini sekitar 6,5 miliar kali massa matahari. Namun, jika dilihat dari 55 juta tahun cahaya di bumi, lubang hitam hanya sekitar 42 mikroar per detik di langit.
Hanya teleskop dengan resolusi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dapat memilih sesuatu yang sangat kecil. Sebagai perbandingan, teleskop luar angkasa Hubble hanya dapat membedakan objek sekecil 50.000 mikro ar per detik.
Resolusi teleskop bergantung pada diameternya, semakin besar piringan maka semakin jelas tampilan dan mendapatkan gambar yang tajam dari lubang hitam supermasif membutuhkan piringan radio seukuran planet.
Teknik yang disebut interferometri baseline yang sangat panjang ini menggabungkan gelombang radio yang dilihat oleh banyak teleskop sekaligus. Sehingga teleskop secara efektif bekerja bersama seperti satu piringan raksasa.
Maka dari itu, EHT banyak melakukan observasi terhadap gelombang radio. Tahun 2017, EHT mengobservasi delapan stasiun yakni di Amerika Utara, Hawaii, Eropa, Amerika Selatan dan Kutub Selatan.
Selain itu, tim EHT membutuhkan waktu observasi sekitar 10 hari pada akhir Maret atau awal April ketika cuaca sedang bersahabat. Namun, musuh terbesar para ilmuwan adalah air di atmosfer seperti hujan dan salju yang dapat bercampur dengan gelombang radio yang dihidupkan oleh teleskop EHT.
Ketika langit cukup jernih untuk diamati, para peneliti mengarahkan teleskop di setiap observatorium EHT ke sekitar lubang hitam supermasif dan mulai mengumpulkan gelombang radio.
Gelombang radio yang berasal dari setiap bit cincin itu harus menempuh jalur yang sedikit berbeda untuk mencapai masing-masing teleskop. Gelombang radio ini dapat saling mengganggu, namun terkadang memperkuat satu sama lain.
Lalu, pola interferensi yang dilihat oleh masing-masing teleskop tergantung pada bagaimana gelombang radio dari berbagai bagian cincin berinteraksi ketika mereka mencapai lokasi teleskop itu.
Selain itu, para peneliti membutuhkan lebih banyak data untuk mengetahui bagaimana gelombang radio lubang hitam berinteraksi satu sama lain serta menawarkan lebih banyak petunjuk tentang seperti apa lubang hitam itu.
[Gambas:Video CNN]
Satu pasang teleskop yang berjauhan dapat melihat detail yang lebih baik, karena ada perbedaan yang lebih besar antara jalur yang diambil gelombang radio dari lubang hitam ke setiap teleskop.
Para peneliti memerlukan waktu untuk mencatat data agar membentuk presisi yang baik. Maka dari itu, mereka menggunakan jam atom hidrogen, yang kehilangan sekitar satu detik setiap 100 juta tahun.
Data-data ini kemudian ditransfer ke Observatorium Haystack MIT dan Institut Max Planck untuk Radio Astronomy di Bonn, Jerman untuk diproses ke dalam jenis super komputer khusus yang disebut korelator.
Pengamatan lubang hitam EHT diharapkan dapat membantu menjawab pertanyaan seperti bagaimana beberapa lubang hitam supermasif termasuk M87 meluncurkan jet plasma terang. Serta, memahami bagaimana gas jatuh ke dalam lubang hitam dan juga dapat membantu memecahkan misteri bagaimana lubang hitam dapat tumbuh begitu cepat.
(din/age)