Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Perindustrian mengungkap salah satu cara pengembangan internal yang dilakukan Solo Manufaktur Kreasi (SMK) untuk menghasilkan produk, yaitu 'beli putus'. Hal ini bisa menjelaskan dugaan kemungkinan produk pertama
Esemka, Bima, mirip dengan produk asing, misalnya pikap Changan Star Truck.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan beli putus desain sudah umum dilakukan di industri otomotif. Bahkan dia bilang selama ini sudah ada pihak Jerman yang bertemu dengan Kemenperin menawarkan desain mobil yang bisa dibeli putus.
"Kalau saya tangkap jadi berarti bahwa Esemka ini, ada banyaklah yang melakukan hal serupa, dia membeli putus desain," kata Putu di Jakarta, Rabu (11/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putu tidak menjelaskan lebih detail definisi beli putus, namun dia mengungkap cara ini bisa membuat prinsipal memiliki kewenangan penuh untuk melakukan pengembangan selanjutnya atas desain yang sudah dibeli.
"Prinsipal yang PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) ini memiliki kewenangan untuk mengembangkan desain maupun menggunakan komponen-komponennya secara '
multi source'," ucap Putu.
Sebelumnya santer dugaan Bima mencontek desain Star Truck. Berdasarkan pernyataan Putu, ada kemungkinan SMK memiliki kerja sama dengan prinsipal lain yang lebih matang untuk mengembangkan Bima.
Sampai saat ini belum ada pengakuan ataupun penjelasan dari pihak SMK terkait kecurigaan Bima mirip Star Truck. Presiden Direktur SMK Eddy Wirajaya tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Putu menegaskan ucapannya bukan mewakili SMK tetapi pemerintah. Menurut dia jawaban lebih detail seharusnya dijawab oleh pihak SMK sendiri.
"Saya juga enggak mau jawab mewakili SMK, tapi sebagai mewakili pemerintah," ujar Putu.
Asosiasi pelaku industri otomotif besar di dalam negeri, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), menyampaikan beli putus yang dimaksud Putu bisa merujuk pada istilah
rebadge kendaraan. Penjelasan
rebadge adalah memasarkan produk yang sudah tersedia menggunakan merek lain.
"Belakangan ini muncul isunya adalah satu jenis bentuk mobil bisa di-
rebadge dengan berbagai macam merek tergantung di mana dia mau pasarkan," kata Kukuh Kumara, Sekretaris Jendral Gaikindo.
Berdasarkan pengalaman Kukuh yang pernah bekerja di General Motors Indonesia,
rebadge sudah terjadi lama di dalam negeri. Dia mencontohkan SUV General Motors yang dijual di Indonesia bernama Opel Blazer, padahal kata dia model yang dikenal global adalah Chevrolet Blazer.
Produk
rebadge otomotif sudah cukup lama ada di Indonesia, di antaranya Suzuki APV dan Mitsubishi Maven, Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza, serta yang terbaru Mitsubishi Xpander dan Nissan Livina.
(fea/mik)