Jakarta, CNN Indonesia -- Cakupan pengambilan (sampling) uji coba sampel
virus corona SARS-CoV-2 Indonesia disebut masih terbatas apabila dibandingkan dengan negara lain yang memiliki jumlah pintu masuk negara dan jumlah penduduk yang lebih sedikit.
Pernyataan tersebut menyusul virus corona yang sudah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai
pandemi.
Peneliti bidang mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra mengatakan saat ini cakupan uji coba sampel baru di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangkauan sampling untuk pengujian corona kita juga masih terbatas jika dibandingkan dengan negara tetangga yang justru jumlah penduduk dan jumlah pintu masuk negara yang lebih sedikit," kata Sugiyono saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Kamis (12/3).
Menanggapi kesiapan negara menghadapi virus corona sebagai pandemi, Sugiyono mengatakan pemerintah tidak mengantisipasi virus tersebut dari awal mewabah.
Terpisah, Wakil Kepala Eijkman Herawati Sudoyo menyatakan Indonesia tidak siap jika virus corona yang menyebabkan SARS-CoV-2 menjadi pandemi.
Hera menuturkan ketidaksiapan Indonesia salah satunya ditandai dari belum mampu menerapkan komunikasi risiko. Dia berkata informasi perihal SARS-CoV-2 yang sebenarnya terjadi saat ini tidak dikemukakan dengan baik.
"Dengan ditemukannya transmisi lokal, sebetulnya itu menandakan bahwa SARS-CoV-2 sudah ada di komunitas kita dan itu merupakan hal yang tidak terantisipasi dari awal. Kemungkinan masih ada kasus-kasus yang luput dari deteksi," tutur Sugiyono.
Sugiyono berharap pemerintah diharapkan bisa meningkatkan jumlah laboratorium pengujian sampel corona. Peningkatan kuantitas dilakukan untuk mempersiapkan langkah mitigasi menghadapi virus corona.
[Gambas:Video CNN]Peningkatan kuantitas dilakukan dalam bentuk kerja sama dengan laboratorium di berbagai daerah yang memiliki kapasitas pengujian virus corona.
Ia mengatakan saat ini pengujian sampel hanya dilakukan oleh laboratorium Biosafety Level (BSL) milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.
Padahal banyak institusi yang memiliki laborarorium BSL, salah satunya adalah Universtias Airlangga.
"Pengujian lain di daerah perlu diberdayakan, tentunya setelah ada penyeragaman metodologi pengujian. Sehingga berapa pun sampel yang masuk bisa diuji semuanya. Jangkauan sampel di berbagai daerah, terutama pintu masuk negara," kata Sugiyono.
Pemberdayaan laboratorium selain milik Balitbangkes dilakukan untuk menghindari alasan keterbatasan alat pengujian maupun dana. Peningkatan kapasitas laboratorium ini membuat pemerintah bisa melakukan pendeteksian dini virus corona dengan cakupan wilayah yang luas.
"Pendeteksian sedini mungkin dengan jangkauan yang lebih luas memungkinkan kita untuk menyusun strategi mitigasi penyebaran corona," ujar Sugiyono.
Lebih lanjut, Sugiyono juga menyarankan agar pemerintah meninjau ulang insentif pariwisata di tengah mewabahnya corona. Sebab Indonesia semakin berpotensi kedatangan wisatawan pengidap corona.
"Pasalnya semakin banyak pergerakan manusia,semakin cepat pula penyebaran penyakit corona. Banyak negara yang sudah membatasi perjalanan dan itu memang salah satu strategi untuk mitigasi corona," kata Sugiyono.
(jnp/dal)