Jakarta, CNN Indonesia -- Penelitian terbaru mengungkapkan orang-orang di negara yang memiliki vaksinasi wajib BCG memiliki tingkat penularan dan kematian
virus corona Covid-19 terendah. BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit paru-paru atau Tuberkulosis alias
TBC.
Vaksin yang berusia 100 tahun ini sedang diuji di Australia karena para peneliti percaya bahwa vaksin tersebut dapat meningkatkan sistem kekebalan terhadap patogen lain, termasuk Covid-19.
Laporan dari Australia beberapa hari yang lalu mengatakan para peneliti di negara itu akan mempelajari efek dari vaksin BCG terhadap Covid-19. Obat BCG diberikan kepada lebih dari 130 juta orang setiap tahun untuk mencegah TBC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksin BCG bukanlah vaksin untuk Covid-19 tetapi peneliti menduga obat dapat membantu para tenaga medis dalam memerangi penyakit ini. Tenaga medis mendapatkan suntikan dalam penelitian di Australia.
"Kami menemukan bahwa negara-negara tanpa kebijakan universal vaksinasi BCG (Italia, Belanda, Amerika Serikat) telah terkena dampak yang lebih parah dibandingkan dengan negara-negara dengan kebijakan BCG yang telah lama dilakukan," tulis laporan penelitian tersebut mengutip
BGR.
Italia tidak pernah memiliki kebijakan vaksinasi BCG secara massal. Dari 135,5 ribu kasus, lebih dari 17 ribu orang meninggal di Italia akibat Covid-19.
Di sisi lain, Jepang memiliki program vaksin BCG. Hanya 93 orang meninggal dari lebih dari 4.250 kasus di Jepang. Angka kematian cukup rendah mengingat Jepang tidak menerapkan kebijakan
physical distancing yang ketat.
"Ada laporan bahwa vaksinasi BCG dapat menghasilkan perlindungan luas terhadap infeksi pernapasan. Jadi kami melihat data negara-negara yang tidak pernah menerapkan vaksinasi BCG mengalami dampak buruk Covid-19 dengan jumlah kematian yang tinggi," kata Gonzalo Otazu, salah satu peneliti.
Para peneliti juga menemukan bahwa Iran yang memulai program vaksinasi BCG wajib pada tahun 1984, memiliki angka kematian yang tinggi (hampir 4 ribu kematian dari 64,5 ribu kasus). Tingkat kematian di Iran lebih besar dari Jepang.
Jepang mulai melakukan vaksinasi BCG pada 1947. Kesimpulan dari studi adalah tampaknya vaksinasi BCG awal memberikan lebih banyak perlindungan kepada orang tua yang saat ini terjangkit Covid-19.
"Negara-negara yang terlambat memulai kebijakan universal BCG (Iran 1984) memiliki angka kematian yang tinggi. Konsisten dengan gagasan bahwa BCG melindungi populasi lansia yang divaksinasi. Kami juga menemukan bahwa vaksinasi BCG juga mengurangi jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan di suatu negara," ujar para peneliti.
Perbedaan yang sama dapat dilihat di Eropa, Negara-negara di Eropa timur yang berada di bawah pengaruh Uni Soviet memiliki program vaksinasi BCG wajib. Akibatnya, wilayah tersebut memiliki jumlah kasus yang lebih rendah daripada negara-negara bagian barat.
Jerman adalah contoh terbaik untuk itu. Wilayah yang membentuk Jerman Timur hingga 1990 memiliki lebih sedikit kasus Covid-19 dibandingkan wilayah eks-Jerman Barat. Studi ini adalah temuan awal namun memang ada korelasi antara vaksin yang bahkan tidak menargetkan Covid-19.
Lebih dari 20 kandidat vaksin COVID-19 sedang dalam pengembangan saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan tersedia secara luas apabila ada vaksin yang sudah disetujui.
Kendati demikian, sebuah artikel ilmiah tentang korelasi vaksin BCG pada penderita TBC dengan Covid-19 yang diunggah di situs kesehatan medRxiv menyatakan bahwa artikel itu masih bersifat pracetak (
preprint) dan belum ditinjau oleh peneliti medis lainnya (
peer-reviewed).
Artinya penelitian medis ini belum dievaluasi dan tidak boleh dijadikan panduan dalam penindakan klinis. Anda bisa membaca studi lengkap ini di sini (
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.24.20042937v1.full.pdf).
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan belum ada ada bukti ilmiah soal vaksin BCG bisa melindungi manusia dari infeksi virus corona Covid-19.
Lewat situs resmi
WHO, Badan Kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengatakan sedang mengevaluasi dua uji klinis soal vaksin yang sedang dilakukan. Untuk saat ini ketiadaan bukti BCG ampuh melawan corona membuat WHO tidak merekomendasikan vaksinasi BCG untuk mencegah virus corona.
Lebih lanjut, WHO merekomendasikan vaksinasi BCG baru hanya untuk penyakit TBC saja.
(jnp/dal)
[Gambas:Video CNN]