Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli epidemiologi, Dicky Budiman menyarankan agar pemerintah tidak menerapkan Pembatasan Sektor Berskala Besar (
PSBB) untuk menekan wabah virus
Covid-19. Di sisi lain Pemerintah disarankan untuk menerapkan kebijakan belajar, bekerja, ibadah dari rumah (
work from home/ WFH) hingga
social dan
physical distancing.
Dicky mengatakan PSBB sangat mencederai roda perekonomian Indonesia dengan pelarangan operasi kantor-kantor di wilayah penerapan PSBB. Ia menyarankan sebaiknya roda ekonomi tetap berjalan dengan pembatasan-pembatasan tertentu terkait
social dan
physical distancing."Saran saya, tidak perlu berlaku PSBB, tapi diberlakukan saja WFH, libur sekolah dan perkantoran yang tidak esensial. Serta tidak ada acara keramaian serta pengaturan ketat pembatasan jarak sosial (social distancing) dan fisik (physical distancing)," kata Dicky saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Jumat (17/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dicky mengatakan prediksi akhir dari pandemi sangat bergantung pada tiga hal. Hal pertama adalah terbentuknya
herd immunity atau kekebalan kelompok, kedua adalah ditemukannya obat Covid-19, yang ketiga adalah vaksin Covid-19.
Tiga hal ini ia ungkap untuk menanggapi prediksi peneliti dari Universitas Harvard yang mengatakan kebijakan pembatasan jarak fisik akan berlangsung hingga 2022. Dicky mengatakan peneliti Harvard pesimis tiga hal tersebut tidak bisa terjadi dalam waktu dekat.
Sementara itu, kekebalan kelompok bisa didapat melalui pernah terpapar infeksi atau vaksinasi. Karena hingga kini vaksin untuk virus corona belum ditemukan, maka
herd immunity bisa terjadi ketika banyak orang kebal terhadap virus karena sudah terpapar atau terinfeksi.
"Ahli dari Universitas Harvard tersebut tampaknya melihat ketiga hal tidak akan dicapai dalam waktu dekat. Terkait ini saya setuju," ujar Dicky.
Dicky mengatakan harapan besar berada dalam penemuan obat Covid-19. Ia mengatakan peneliti kemungkinan bisa menemukan obat untuk menekan dampak virus SAR-CoV-2 terhadap tubuh manusia dalam waktu enam bulan ke depan.
"Obat yang bisa menjadi bekal perlindungan dan pencegahan kematian pada pasien Covid-19 dengan stadium kritis," kata Dicky.
Dicky memprediksi vaksin Covid-19 memerlukan waktu 1 hingga 2 tahun. Bahkan ia sebut target tersebut sangat optimis karena penemuan vaksin tercepat dalam sejarah membutuhkan waktu lima tahun. Vaksin tersebut adalah vaksin ebola.
Oleh karena itu, Dicky menyarankan agar pemerintah tak menerapkan PSBB karena penemuan vaksin dan obat yang tak akan terjadi dalam waktu singkat. Apabila PSBB dilakukan, kas negara juga akan berkurang untuk memberikan bantuan kala PSBB. Selain itu roda perekonomian juga terhambat akibat PSBB ini.
Alih-alih memberlakukan PSBB, ia merekomendasikan agar pemerintah mengetatkan aturan jarak fisik maupun sosial. Ia memberi contoh di Australia, mal tetap dibuka dengan pembatasan jumlah antrean dan kerumunan.
Toko-toko yang tidak esensial juga ditutup dan disarankan menjual secara daring. Toko makanan di Australia juga hanya melayani pesanan di bawa pulang. Kerja, belajar, dan ibadah dari rumah juga tetap diterapkan di Australia.
"Karena pandemi ini bisa memakan waktu berbulan-berbulan maka kita semua harus belajar merubah kehidupan sosial ekonomi disesuaikan dengan kondisi," kata Dicky.
Dicky mengatakan pembatasan jarak sosial dan fisik harus terus dilakukan hingga Indonesia memiliki herd immunity atau ditemukannya vaksin. Untuk identifikasi
herd immunity, ia mengatakan Indonesia perlu melakukan Rapid Test berbasis serologi untuk memeriksa keberadaan antibodi.
"Saya sarankan melakukan seribu untuk setiap satu juta penduduk ," tutur Dicky.
(jnp/dal)
[Gambas:Video CNN]