Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli Epidemiologi Dicky Budiman mendorong pemerintah
Joko Widodo untuk melaporkan data angka reproduksi atau
Reproductive Number (RO)
virus corona SARS-Cov-2 di Indonesia kepada publik. Pemerintah diminta tidak hanya menyampaikan data kumulatif berapa orang yang positif, meninggal dunia, dan sembuh dari Covid-19 itu.
Hal ini juga merespon pernyataan Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono yang mengatakan virus ini sudah masuk ke Tanah Air sejak Januari 2020.
Data RO sendiri merupakan angka rata-rata seseorang yang terinfeksi akan menginfeksi orang lain dalam sebuah populasi yang tidak kebal akan virus, misalnya virus corona SARS-Cov-2.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tentunya menunjukkan bahwa Indonesia harus lebih terbuka untuk data, karena ini untuk kepentingan kita juga, kepentingan nasional terutama kepentingan masyarakat. Yang harus dilaporkan itu sebetulnya berapa RO-nya," kata Dicky saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Selasa (21/4).
"RO itu juga kan perlu data yang lengkap, dengan tahu RO kita bisa menilai keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan," sambungnya.
Dicky mencontohkan RO yang ditetapkan oleh Otoritas Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) antara 2 atau 3 dan merujuk kepada agregat data dari Kota Wuhan, China yang mana kota ini pertama kali mengumumkan kasus virus corona baru.
Data RO ini kata Dicky juga dapat menjadi cerminan apakah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah khususnya di DKI Jakarta, berhasil atau tidak.
"RO ini harus ada
based line (garis dasar) katakan 2 Maret 2020. RO-nya di 2 atau 3, kalau kita bisa nilai per bulan atau dua minggu itu kita dapat melihat kecenderungan
RO-nya tetap atau menurun. Dari 3 jadi 2,9 atau 2,7, berarti itu ada keberhasilan dari satu intervensi,"jelas pria yang juga tengah mengambil gelar doktor di Universitas Griffith Australia.
Lalu Dicky juga sempat menyinggung soal kiblat data
surveillance yang dihimpun Pandu Riono dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mana menjadi rujukan asumsinya bahwa virus corona baru sudah terdeteksi sejak Januari.
Kepada
CNNIndonesia.com pada Senin (20/4) kemarin, Pandu mengatakan bahwa sejak awal bulan Februari 2020 sudah mulai ada peningkatan orang yang dirawat di rumah sakit karena mengalami gejala Covid-19 lalu beberapa hari dites kembali ternyata positif. Menurut Dicky data tersebut tidak aneh.
Kemudian ia memberikan contoh, misalnya di Provinsi Bali. Ada anggapan bahwa Bali memiliki karakteristik khusus sehingga 'kebal' virus. Hal yang mesti disoroti pemerintah pusat maupun daerah ialah tes Covid-19 yang mumpuni.
"Testing ini kan tidak bisa sembarangan, tidak bisa semua orang asal di tes. Satu, lakukan lah tes itu kepada kelompok-kelompok yang memang sudah rawan misalnya tenaga-tenaga kesehatan yang ada di front line (garda depan). Kenapa? Untuk memastikan kondisi yang bersangkutan itu negatif atau tidak," tuturnya.
"Kalau positif, harus cepat lakukan perawatan atau isolasi agar dia tidak menularkan kepada yang lain, sesame tenaga kesehatan maupun pasien. Kedua, tes dilakukan untuk melindungi mereka dari jatuh korban lebih banyak," lanjut dia.
Dicky pun kembali menegaskan kepada pemerintah pusat untuk terbuka memaparkan data terkait pandemi virus corona di Indonesia. Sebab, para epidemiolog seperti Dicky dan Pandu sangat memerlukan data untuk melakukan modelling khususnya pada kasus Covid-19 ini.
"Para epidemiolog ini akan sangat memerlukan data-data yang valid untuk membuat modelling, jadi kalau kita lihat modelling-modelling yang dihasilkan selama ini sebetulnya juga tidak terlalu mendekati ideal karena mereka terbatas, kita datanya terbatas," pungkasnya.
(din/dal)
[Gambas:Video CNN]