Jakarta, CNN Indonesia --
Ambulans pengangkut pasien positif
virus corona potensi menjadi media penularan virus corona antara pasien ke tenaga medis, atau bahkan menjangkiti sopirnya. Butuh prosedur yang tepat untuk menghindari penularan.
Dokter Hariyadi Wibowo, ketua IKAMARS Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) sekaligus pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan kekhawatiran terjadi penularan tetap ada. Karena itu dibutuhkan pembersihan dengan benar yang dilakukan secara rutin agar interior mobil terbebas dari virus corona.
Menurutnya, cara yang benar yaitu setiap ambulans rutin dibersihkan menggunakan disinfektan. Cairan yang digunakan ini berbeda dari disinfektan pada umumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Hariyadi kandungan disinfektan mengandung senyawa kimia berdosis tinggi dan ampuh membunuh virus, termasuk penyebab penyakit Covid-19.
"Ini disinfektannya beda, saya lupa teknis di dalamnya. Jadi mobil [bagian dalam dan luar] itu tinggal disemprot" kata Hariyadi dihubungi lewat telepon, Selasa (19/5).
Ia mengatakan setiap rumah sakit dan klinik punya standar penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah ambulans digunakan.
"Ambulans ini jadi kalau dipakai lima kali ya
dibersihin 10 kali. Makanya di RS atau klinik tentu harus punya alokasi anggaran buat cairan ini. Cairan ini juga sangat tajam sifatnya," katanya.
Sekali penyemprotan hingga akhirnya dinyatakan bebas virus memakan waktu sekitar 30 menit. Penyemprotan ini dilakukan menyeluruh dari luar hingga ke dalam kabin mobil.
Disinfektan yang menempel tidak boleh dibersihkan, atau dibiarkan mengering tanpa dilap.
"Jadi biar kering sendiri dan tidak boleh dilap," ucap dia.
Ia mengatakan selain disinfektan, ada alternatif lain yaitu menyinari ambulan dengan sinar ultraviolet. Namun cara tersebut dikatakan lebih menguras biaya meski efektif karena pengerjaannya tidak sampai 30 menit.
"Kalau ultraviolet itu yang sinar ungu paling tidak sampai 10 menit, terus ambulans sudah siap kembali digunakan. Tapi mahal alatnya," ucap Hariyadi.
(ryh/mik)
[Gambas:Video CNN]