Selatan Jawa Kerap Gempa, Masyarakat Diminta Waspada

jnp | CNN Indonesia
Kamis, 25 Jun 2020 10:42 WIB
Warga memeriksa bagunan Madrasah yang ambruk akibat gempa di Desa Bula'an, Sumenep, Jawa Timur, Kamis (14/6). Gempa pada Rabu (13/6) itu menyebabkan 30 bangunan di lima desa yang tersebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Batu Putih dan Dasuk, mengalami rusak ringan dan sedangkan 12 diantaranya rusak parah.  ANTARA FOTO/Saiful Bahri/aww/18.
Ilustrasi gempa selatan Jawa. (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada masyarakat di selatan Pulau Jawa untuk waspada terhadap peningkatan aktivitas gempa di kawasan Megathrust selatan Jawa.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Daryono mengatakan adanya peningkatan aktivitas  gempa secara signifikan dengan magnitudo di atas M 5,0 selama periode bulan Maret hingga Mei 2020.

"Meningkatnya aktivitas gempa yang terjadi akhir-akhir ini tentunya patut diwaspadai. Gempa signifikan yang terjadi tersebut di atas dapat menjadi alarm yang mengingatkan kita bahwa zona gempa Samudra Hindia selatan Jawa aktivitasnya meningkat," kata Daryono dikutip dari keterangan rilis yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (24/6) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, BMKG pun sempat menyebut Kabupaten Pacitan termasuk salah satu wilayah yang paling rawan gempa tektonik di Jawa Timur. Sebab, wilayah Pacitan berhadapan dengan zona megathrust selatan Jawa dan terletak di jalur sesar Grindulu.

Dalam beberapa literatur hasil kajian, jalur Sesar Grindulu melintasi 5 kecamatan di Pacitan. Lima kecamatan itu yakni Kecamatan Bandar, Nawangan, Unung, Arjosari, serta Donorojo.

Lebih lanjut, Daryono mengatakan tak hanya gempa dangkal kurang dari 60 kilometer yang jumlahnya meningkat, tetapi juga gempa berkedalaman menengah antara 60 sampai 300 kilometer juga terjadi peningkatan.

Oleh karena itu,  masyarakat diimbau Daryono mesti waspada terhadap sinyal gempa bumi dari selatan Pulau Jawa. Sebab, zona gempa khususnya di selatan Pacitan, Sukabumi, dan Lebak dinilai cukup aktif.

Daryono mengatakan hal itu disebabkan oleh terjadinya gempa akhir-akhir ini di ketiga wilayah itu. Salah satunya gempa tektonik yang mengguncang wilayah selatan Pacitan pada 22 Juni 2020 bermagnitudo 5,0 pukul 02.33 WIB dini hari.

Getaran gempa tersebut juga dirasakan sampai Yogyakarta, Bantul, Sleman, Wonogiri, Tulungagung, dan Karangates dalam skala III Modified Mercalli Intensity (MMI).

"Zona gempa di selatan Pulau Jawa khususnya di selatan Pacitan, Sukabumi, dan Lebak cukup aktif. Hal ini tampak dari seringnya wilayah tersebut terjadi gempa akhir-akhir ini," kata Daryono.

Daryono mengatakan informasi ini tidak bermaksud menakut-nakuti masyarakat, namun hanya sekadar mengingatkan bahwa potensi gempa itu ada.

"Harus direspon dengan upaya mitigasi yang nyata guna meminimalkan risiko jika terjadi gempa. Salah satu upaya nyata dalam mewaspadai terjadinya gempa kuat adalah melakukan upaya sosialisasi yang berkelanjutan kepada masyarakat terkait mitigasi bahaya gempabumi agar masyarakat memahami cara selamat saat terjadi gempa," kata Daryono.

Daryono lebih lanjut mengatakan upaya mitigasi bahaya gempa yang paling utama sebenarnya adalah mitigasi struktural dengan cara membangun bangunan tahan gempa.

Ia menjelaskan gempabumi sebenarnya tidak membunuh dan melukai, tetapi bangunan tembok dengan struktur lemah sehingga roboh saat terjadi gempa kuat adalah penyebab timbulnya korban jiwa.

"Untuk itu, jika kita belum mampu membangun rumah tahan gempa maka salah satu alternatifnya adalah dengan membangun bangunan rumah dari bahan ringan dari kayu atau bambu yang didesain menarik," ujar Daryono. 

Zona subduksi (megathrust) di Indonesia memanjang dari sebelah barat ujung Sumatera hingga menuju selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Zona Subduksi ini dinamakan Busur Subduksi Sunda. Aktivitas gempa signifikan ini tersebar dari Segmen Megathrust Mentawai-Siberut hingga Segmen Megathrust Sumba.

Megathrust merupakan zona tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. BMKG menyatakan gempa Megathrust merupakan ancaman riil yang patut diwaspadai oleh seluruh pihak.

Subduksi ini merupakan tempat terbentuknya gunung berapi dan gempa. Berulang kali, BMKG mengatakan meski para ahli mampu menghitung perkiraan magnitudo maksimum megathrust namun tak ada teknologi yang mampu memastikan kapan terjadinya peristiwa tersebut.

Oleh karena itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, masyarakat di sepanjang jalur pertemuan lempeng tektonik harus selalu siaga dari ancaman nyata tersebut. Dia menegaskan jika kekuatan gempa besar dan sumbernya dangkal maka bisa memicu tsunami. 

(eks/eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER