India dikabarkan meminta Prancis mempercepat pengiriman jet tempur Dassault Rafale yang mereka beli, di tengah ketegangan dengan China.
India memesan 36 jet Rafale dari Prancis dalam kesepakatan senilai Rs59.000 crore pada September 2016. Itu merupakan pembelian darurat untuk memperkuat skuadron jet yang menipis guna menghadapi kemungkinan perang dengan Pakistan dan China.
Seperti dikutip dari Eurasian Times, enam jet tempur Rafale kemungkinan akan mendarat di pangkalan Ambala pada 27 Juli mendatang, bukan empat seperti yang direncanakan dalam kesepakatan awal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut beberapa fakta dan spesifikasi pesawat Dassault Rafale milik Perancis yang dirangkum CNNIndonesia.com:
Dassault Rafale merupakan pesawat tempur serbaguna generasi ke-4.5 dengan dua mesin dan sayap delta. Pesawat yang mulai diperkenalkan pada tahun 2000 itu dirancang sebagai pesawat yang mampu berpangkalan di darat dan kapal induk.
Dassault Rafale merupakan pengganti pesawat tempur SEPECAT Jaguar milik Angkatan Udara Prancis dan F-8 Crusader milik Angkatan Laut Prancis yang telah pensiun.
Dassault Rafale diketahui pernah mendarat darurat di Pangkalan Udara Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Aceh Besar, pada 18 Mei 2019. Berdasarkan keterangan remsi TNI, sebanyak 7 jet tempur Dassault Rafale mendarat darurat karena kapal induk Charles De Gaule milik AL Prancis diterpa cuaca buruk di Samudera Hindia.
Dalam kejadian itu, TNI langsung berkoordinasi dengan pihak terkait. Pemeriksaan terhadap kru dan pesawat Dassault Rafale pun juga sempat dilakukan.
Tidak ada senjata yang dibawa oleh kru jet tempur Dassault Rafale. Namun, salah satu pesawat dengan nomor buntut 39 diketahui membawa peluru kendali dummy jenis MICA atau Missile Interception Combat Arien.
Dassault Rafale pernah terlibat dalam operasi perang melawan Taliban di Afghanistan pada tahun 2002-2007. Dalam misi yang bernama Operation Heracles itu, Dassault Rafale tidak melakukan aksi apapun.
Dassault Rafale diketahui hanya terlibat dalam melakukan patroli. Pada tahun 2011, Rafale juga terlibat dalam misi yang dilakukan angkatan bersenjata Prancis di Libya.
Jet tempur Dassault Rafale merupakan salah satu jet tempur yang diminati banyak negara. India, Inggris, Brazil, Swiss, Uni Emirat Arab, hingga Yunani sudah membeli dan menjadikan Dassault Rafale sebagai salah satu kekuatan militernya.
Ada tiga jenis Rafale yang dibuat oleh Dassault Aviation, yakni Rafale B seharga € 74 juta. rafale C seharga € 68,8 juta, dan Rafale M seharga € 79 juta.
Mengutip Aerotime, baru India yang telah menerima Rafale yang dibuat oleh Dassault Aviation setelah pada 2016 dipesan. Sebanyak 36 jet Dassault Rafale senilai €8 miliar kini telah disebat di beberapa pangkalan udara India.
Berdasarkan data yang dihimpun, jet tempur Dassault Rafale pernah tiga kali mengalami kecelakaan. Tahun 2007, sebuah Dassault Rafale milik AU Prancis mengalami kerusakan saat tengah melakukan latihan terbang. Seorang pilot dinyatakan tewas dalam kejadian tersebut.
Pada tahun 2009, dua Dassault Rafale juga diketahui saling bertabrakan di kawasan Laut Mediterania saat tengah berlatih dengan kapal induk Charles De Gaule milik AL Prancis. Satu orang pilot dinyatakan tewas. Sementara satu pilot lain berhasil menyelamatkan diri.
Terakhir, satu jet tempur Dassault Rafale jatuh di sekitar kapal induk Charles De Gaule saat tengah menjalankan misi dukungan udara di Afghanistan. Dalam kejadian itu, seorang pilot dinyatakan meninggal.
Pemerintah Indonesia berencana membeli 48 jet tempur Dassault Rafale buatan Prancis. Rencana itu muncul saat Menteri Pertahanan Prabowo Subainto melakukan lawatan ke Prancis tahun lalu.
Prabowo mengklaim membeli Rafale untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan yang digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Namun hingga saat ini rencana pembelian itu belum ada perkembangan.
Melansir TheDefensePos, Rafale juga sempat melancarkan serangan udara ke terowongan bawah tanah kelompok ISIS di Irak pada Oktober 2019. Tindakan yang dilakukan oleh Rafale merupakan bagian dari misi koalisi sejumlah negara melawan ISIS di Irak dan Suriah yang bernama operasi Chammal.
"Operasi ini dilakukan bersama dan dikoordinasikan dengan elemen lain dari Koalisi internasional. Tujuannya adalah untuk menghancurkan beberapa terowongan yang digunakan ISIS untuk mengirim logistik dan militernya di wilayah ini, " kutip relis angkatan bersenjata Prancis.
Rafale diklaim tetap sasaran ketika menembak target menggunakan roket modular udara ke darat HAMMER, bom berpemandu laser PAVEWAY, hingga meriam 30 milimeter.
Rafale diklaim melaksanakan seluruh spektrum misi yang dirancang, seperti unggul di udara; presisi menyerang dengan roket HAMMERS dan rudal berpemandu laser; menyerang dengan tepat dengan rudal jelajah SCALP.
Selain itu, Rafale juga mampu melakukan pengintaian, pengawasan, Tactical Acquisition and Reconnaissance (ISTAR), Strike Coordination And Reconnaissance (SCAR) dengan baik.
Mengutip laman Dassault Aviation, selama konflik Libya, ratusan target seperti tank, kendaraan lapis baja, penempatan artileri, tempat penyimpanan, pusat komando dan sistem pertahanan udara (SA-3 Goa dan SA-8 Peluncur Gecko fixed dan mobile SAM) dipukul habis oleh jet Rafale.
Rafale diketahui jet tempur multifungsi karena mampu berpangkalan di daratan maupun kapal induk. Mengutip Aircraftcompare, harga satu pesawat ini mencapai US$115 juta atau setara dengan Rp1,5 Triliun.
Rafale dilengkapi dua unit mesin Snecma M88, mesin ini membuat pesawat ini mampu melesat hingga 1,8 mach atau 1.912 km per jam dengan ketinggian puncak, dan ketinggian rendah 1,1 mach atau 1.390 km per jam.
Adapun soal persenjataan, pesawat ini memiliki GIAT 30/719B cannon dengan 125 bulatan hingga rudal nuklir ASMP-A.