Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyampaikan sejumlah fenomena astronomi akan terjadi pada bulan Juli 2020. Lapan mengatakan sejumlah fenomena langit itu ada yang bisa diamati tanpa alat bantu.
Berdasarkan pengamatan, Lapan mengumumkan fenomena astronomi yang paling awal terjadi adalah konjungsi inferior Merkurius pada tanggal 1 Juli 2020.
"1 Juli konjungsi inferior Merkurius, (yakni) ketika Matahari, Merkurius, dan Bumi berada pada satu garis lurus," kutip Lapan di Instagram, Selasa (30/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lapan memaparkan konjungsi inferior Merkurius menandai pergantian ketampakan Merkurius yang semula dapat terlihat ketika senja, kemudian berubah menjadi ketika fajar. Saat itu, Lapan menyebut posisi Merkurius berada dekat Manzilah Alhena di konstelasi Gemini.
Posisi Merkurius dengan Matahari pada saat fenomena itu berlangsung adalah sebesar 0,563 sa atau 84,2 juta kilometer.
Lapan menyampaikan puncak fase purnama akan terjadi pada 5 Juli 2020. Ketika purnama, Bulan akan berjarak 379.148 km dari Bumi dengan diameter tampak sebesar 31,5 menit busur.
"Fase ini terjadi pada pukul 11.44 WIB," kutip Lapan.
Lapan menyampaikan gerhana bulan penumbra juga akan terjadi pada 5 Juli 2020. Akan tetapi, dia menyebut fenomena itu tidak dapat dilihat di Indonesia karena Bulan sudah berada di bawah ufuk.
Wilayah yang bisa menyaksikan gerhana bulan penumbra adalah Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, dan negara-negara di Kepulauan Karibia.
"Gerhana Bulan penumbra kali ini terjadi mulai pukul 10.17.23 WIB hingga 12.52.21 WIB dengan puncak gerhana pada pukul 11.29.51 WIB," kata Lapan.
Lapan menyebut konjungsi Bulan dan Jupiter juga terjadi pada tanggal 5-6 Juli 2020. Lapan berkata waktu terbaik untuk mengamati itu adalaj ketika fajar bahari/nautika, yaitu sekitar jam 05.00 WIB dengan jarak pisah 2 derajat. Saat itu, posisi Jupiter berada di sebelah utara atau kanan Bulan.
Lapan menyebut konjungsi Bulan dan Saturnus akan berlangsung pada tanggal 6-7 Juli 2020 . Waktu terbaik untuk menikmati fenomena itu, kata Lapan adalah ketika keduanya telah terbit di ufuk Barat, yakni pada pukul 19.00 WIB dengan jarak pisah 3 derajat dan posisi Saturnus berada di Barat Daya atau kiri atas Bulan.
Pada 12 Juli 2020, Lapan menyebut akan terjadi konjungsi Bulan-Mars. Puncak fenomena itu terjadi pada pukul 05.48.56 WIB dengan jarak pisah 1,25 derajat dan posisi Mars berada di Barat atau bawah Bulan jika menghadap ke Barat Laut.
Pada fenomena itu, Lapan menyebut Bulan memasuki fase Cembung Akhir dengan jarak 403.726 km dari Bumi. Sedangkan Mars berfase Cembung dengan jarak 112,7 juta km dari Bumi dan 207,2 juta km dari Matahari.
Lapan membeberkan konjungsi Venus-Aldebaran akan berlangsung 12 Juli 2020. Fenomena itu diklaim dapat diamati ketika fajar nautika/bahari, yakni sekitar pukul 05.00 WB dengan jarak pisah 57,7 menit busur atau 0,96 derajat.
"Dan posisi Aldebaran berada di sebelah selatan atau kanan Venus," kata Lapan.
Pada tanggal 13 Juli 2020, Lapan mengebarkan fenomena Apgee Bulan jua akan terjadi. Pada pukul 02.26.23 WIB, Bulan akan berada pada posisi terjauh dari Bumi, yakni 404.158 km. Diameter bulan pada saat itu sebesar 29,56 menut busur dengan iluminasi 51,8 persen.
Bulan, lanjut Lapan terletak di konstelasi Pisces dan dapat diamati dengan mata telanjang pada ketinggian 39,3 derajat di atas ufuk dari arah Timur, tepatnya 80,3 derajat.
Lapan mengatakan fase perbani akhir juga akan terjadi pada 13 Juli 2020. Saat itu, posisi Bulan, Bumi, dan Matahari membentuk sudut 90 derajat.
Pada fenomena itu, Lapan menjelaskan Bulan akan terbit ketika tengah malam dan berkulminasi ketika Matahari terbut. Sehingga, Bulan dapat diamati bahkan ketika pagi hari hingga terbenam ketika tengah hari.
Fase perbani akhir terjadi pada pukul 06.28.51 WIB dan dapat diamati dengan mata telanjang meskipun langit sudah terang.
"Jarak Bulan dari Bumi sebesar 404.140 km, diameter tampak Bulan ketika perbani akhir sebesar 29,56 menit busur," kata Lapan.
Pada tanggal 14 Juli, Lapan mengabarkan oposisi Jupiter akan terjadi. Kala itu, posisi Jupiter, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Seperti fase bulan purnama, Jupiter dapat terlihat paling terang jika teramati dari Bumi. Puncak oposisi Jupiter terjadi pada pukul 15.03 WIB.
Namun, Lapan menyebut Jupiter masih di bawah ufuk ketika terjadi oposisi jika diamati di Indonesia. Jupiter hanya bisa diamati ketika telah terbit beriringan dengan terbenamnya Matahari dan terbenamnya Jupiter.
Lapan mengabarkan fenomena konjungsi Bulan-Venus akan terjadi pada 17 Juli 2020. Lapan menyebut waktu terbaik untuk menyaksikan fenomena itu adalah sekitar pukul 05.15 WIB dengan jarak pisah 4,5 derajat.
Konfigurasi itu, kata Lapan juga akan membentuk segitiga siku-suki Bulan-Venus-Adebaran dan membentuk garis lurus terhadap Pleiades yang terletak di barat laut.
Lapan juga mengabarkan konjungsi Bulan-Merkurius akan terjadi pada 19 Juli 2020. Waktu terbaik pengamatan adalah ketika fajar sipil sekitar pukul 05.30 WIB.
Ketika berkonjungsi, Bulan dikabarkan terletak pada jarak 385.000 km dari Bumi dan memasuki fase Sabit Akhir. Sedangkan Merkurius, lanjut Lapan berjarak 117,2 juta km dari Bumi.
Pada tanggal 21 Juli 2020, Lapan mengumumkan akan terjadi fase Bulan Baru pada pukul 00.32.44 WIB. Kala itu, Bulan berjarak 377.192 km dari pusat. Hilal pada fase Bulan baru dapat diamati dengan menggunakan alat bantu seperti binokular dan teleskop.
"Baik sebelum Matahari terbit maupun setelah bulan terbenam, kalian dapat menikmati keindahan langit malam bertabur bintang, planet, serta galaksi Bimasakti," kata Lapan.
Lapan juga mengabarkan Saturnus, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus atau disebut oposisi Saturnus pada tanggal 21 Juli 2020. Puncak oposisi dikabarkan akan terjadi pada 05.33 WIB dan dapat diamati dari wilayah Indonesia bagian barat selama Matahari belum terbit.
Sedangkan untuk wilayah Indonesia tengah dan timur, kata Lapan hanya bisa mengamati oposisi Saturnus pada waktu terbaik ketika fajar nautika/bahari sekitar pukul 05.00 waktu setempat.
Pada tanggal 23 Juli, Lapan mengabarkan elongasi barat maksimum Merkurius juga akan terjadi dan dapat diamati ketika terbitnya Merkurius sekitar pukul 04.39 WIB hingga terbitnya Matahari. Kala itu, posisi Merkurius berada di dekat Manzilah Alhena di konstelasi Gemini.
Lapan menyebut fenomena Perigee Bulan atau posisi terdekat Bulan dari Bumi akan terjadi pada tanggal 25 Juli 2020. Saat itu, Bulan dikabarkan hanya berjarak 368.397 km dari Bumi pada pukul 11.53.38 WIB. Fenomena itu dapat diamati dengan mata telanjang.
Lapan menyampaikan fase perbani awal atau ketika Bulan, Bumi, dan Matahari membentuk sudut 90 derajat akan terjadi pada tanggal 27 Juli 2020. Lapan mengabarkan Bulan akan terbit ketika tengah hari dan berkulminasi ketika Matahari terbenam.
Fase perbani awal terjadi pada pukul 19.33.51 WIB dan Bulan dapat diamati dengan mata telanjang setelah senja terbenam. Pada saat itu, jarak Bulan dari Bumi sejauh 370.180 km.
Lapan menyampaikan puncak hujan meteor Delta Aquarid akan terjadi pada tanggal 28-29 Juli meski aktif mulai 12 Juli hingga 23 Agustus. Pengamatan terbaik, kata Lapan terjadi sebelum fajar astronomis atau sekitar pukul 03.00-04.00 waktu setempat.
"Bulan kuartir kedua akan menghalangi cahaya meteor yang redup. Tetapi, jika Anda bersabar, anda masih bisa menangkap beberapa yang lebih cerah. Tampilan terbaik akan berasal dari lokasi yang gelap," ujar Lapan.