China semakin menggeliat mengembangkan industri luar angkasa mereka untuk mendobrak dominasi Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara di Benua Eropa seperti Rusia.
Salah satu cara mereka untuk menempel dominasi negara-negara barat ialah dengan membangun stasiun ruang angkasa sendiri yang diberi nama Tiangong. Sedangkan AS mengandalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS).
Stasiun ruang angkasa Tiangong diketahui akan selesai sekitar 2022. Stasiun direncanakan bakal beroperasi di orbit rendah Bumi pada ketinggian 340 km sampai 450 km selama lebih dari 10 tahun untuk mendukung percoabaan ilmiah, teknologi, dan aplikasi berskala besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Tiangong diklaim dapat menampung tiga astronaut dalam keadaan normal dan enam astronaut selama penggantian awak.
Yang tak kalah menariknya, Tiangong disebut setara dengan apartemen dengan tiga kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dan ruang penyimpanan.
Badan Antariksa China (China National Space Administration/CNSA) juga punya sejumlah misi untuk mengukuhkan 'taring' mereka di bidang antariksa. Misalnya, CNSA berencana untuk meluncurkan misi pertama ke Planet Mars pada Juli 2020.
Berikut rangkuman misi luar angkasa China untuk menyaingi AS:
Salah satu misi Negeri Tirai Bambu ini bakal mengirimkan rover yang dikendalikan dari jarak jauh untuk mempelajari permukaan planet merah.
NASA sebelumnya telah menerbangkan empat misi penjelajah Mars dan bersiap menempuh misi kelima. Penerbangan kelima itu juga rencananya akan dilakukan pada pertengahan tahun ini saat musim panas.
Musim panas memang menjadi incaran banyak negara untuk meluncurkan proyek luar angkasa ke Mars. Sebab, pada musim ini orbit Mars dan Bumi ada pada jarak optimal. Diperkirakan, Tianwen bakal butuh beberapa bulan untuk sampai ke Mars yang berjarak 55 juta kilometer.
Rover yang dinamakan Perseverance itu diperkirakan akan tiba di Mars pada Februari 2021. Misi ini juga berencana untuk membawa balik ke Bumi sampel batuan di Mars.
Sebuah roket yang dirancang untuk membawa astronaut China ke Bulan meluncur pada 5 Mei 2020 pukul 06.00 waktu setempat. Roket ini diberi nama Long March 5B dan salah satu roket jumbo milik CNSA.
Long March 5B lepas landas di tempat peluncuran khusus di wilayah Wenchang, Hainan bagian selatan, China. Nantinya roket akan membawa pesawat antariksa generasi berikutnya ke stasiun luar angkasa.
Pesawat ruang angkasa itu dijadwalkan akan selesai tahun 2022 dan siap membawa astronot ke Bulan.
Saat ini pesawat ruang angkasa baru bersifat prototipe dan dirancang untuk orbit Bumi rendah serta mampu menampung sampai enam astronot.
Misi CNSA untuk membawa astronot asli negaranya disebut Misi Change'e 4 China. Misi yang diambil dari nama Dewi Bulan itu ingin mengungkap misteri pembentukan bulan dan evolusi awalnya yang akan berdampak pada pengetahuan mengenai sistem Tata Surya.
Misi akan menguji radio astronomi pertama dari sisi jauh Bulan. Ia juga akan melakukan penyelidikan pertama untuk melihat apakah tanaman dapat tumbuh di Bulan.
Chang'e-4 akan khusus menguji apakah kentang dan tanaman Arabidopsis yang memiliki bunga kecil bisa tumbuh di Bulan. Mereka akan memiliki rumah kaca mini pertama yang mendarat di dunia lain di tata surya.
China berencana untuk mengirimkan satelit terakhir untuk melengkapi jaringan satelit China, Beidou yang merupakan kunci untuk menggelar sistem navigasi maupun pengiriman pesan lokal dan mandiri.
Jaringan China yang dikenal sebagai Beidou, terdiri dari 30 satelit. Hal ini dilakukan agar China tak lagi bergantung ke teknologi milik Amerika Serikat (AS). Jaringan ini akan menjadi saingan dari Global Positioning System (GPS) milik AS.
Rencana sistem jaringan China yang independen mulai terbentuk pada akhir 1990-an, versi pertama Beidou mulai beroperasi pada tahun 2000. Saat itu Beidou menyediakan cakupan untuk layanan berbasis satelit ke Cina.
Operasi Beidou kedua selesai pada tahun 2012 dan menyediakan layanan untuk wilayah Asia Pasifik. Apabila operasi ketiga ini selesai, maka Beidou akan memiliki cakupan global.
Pada September 2016, China menyatakan pihaknya akan mulai mengoperasikan teleskop radio raksasa untuk mencari keberadaan alien.
Teleskop radio bernama Five-hundred-meter Aperture Spherical Telescop (FAST) akhirnya rampung pada Juli 2016 setelah melalui proses usulan dan perakitan selama 17 tahun terakhir.
Sesuai namanya, FAST memiliki diameter mencapai 500 meter dan diletakkan di daerah pegunungan di Provinsi Guizho, China. Ukuran jumbonya mengalahkan rekor teleskop Arecibo Observatory di Puerto Rico yang selama ini menjadi teleskop terbesar dengan diameter 195 meter.
Kala itu, pemerintah mesti merogoh kocek sebesar US$180 juta untuk merampungkan proyek pembangunan teleskop.
Bukan hanya itu, pemerintah juga terpaksa meminta 9 ribu warganya yang bermukim di dekat area tersebut untuk mengungsi ke daerah dengan radius minimal 4,8km dari FAST. Pemerintah menganggarkan biaya US$269 juta untuk relokasi penduduk.
Pada dasarnya, FAST memiliki fungsi yang sama dengan teleskop radi di negara lain yakni mempelajari molekul antarbintang dan mempelajari bagaiamana galaksi berkembang. Tetapi para ilmuwan memastikan akan mencari potensi lain terutama mengenai kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi.
(din/mik)