Populasi mobil baru berupa sedan di Indonesia jumlahnya sangat sedikit sebab merek yang menawarkannya juga cuma segelintir. Ada banyak faktor penyebab situasi ini, salah satunya karena harga jual lebih mahal ketimbang model lain.
Hanya sedikit merek yang masih bertahan menjual sedan di dalam negeri, di antaranya Toyota, Honda, serta merek-merek premium seperti BMW, Mercedes-Benz, Lexus, dan lainnya.
Merek lainnya menyatakan sudah menyerah atau enggan menjual mobil yang didesain punya bagasi di luar kabin ini dengan sejumlah alasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suzuki menjadi salah satu produsen yang tidak lagi menjual sedan di Indonesia. Terakhir Suzuki menjual sedan yakni Ciaz yang kariernya singkat, meluncur pada 2015 kemudian dihentikan penjualannya pada 2017.
Head of Product Development & Accessories SIS divisi roda empat Yulius Purwanto mengatakan produsen belum tertarik lagi menjual sedan lantaran melihat pasar mobil di Tanah Air belum membutuhkan.
"Bukan tidak mau tapi saat ini belum mengeluarkan [sedan] lagi [karena] melihat hasil studi yang dirasa belum saatnya," kata Yulius melalui pesan singkat, pada Rabu (29/7).
Menurut Yulius perusahaan kini mengutamakan produk yang dinilai lebih potensial terhadap penjualan, seperti MPV Ertiga, citycar Ignis, hingga mobil niaga ringan Carry.
Menunda menjual sedan menurut Yulius juga mempertimbangkan pajak kendaraan tersebut yang belum bersahabat ketimbang mobil tanpa buntut. Namun selain itu dia juga bilang ada beberapa faktor lain terkait pengembangan sedan dari perusahaan seperti sumber daya internal.
"Banyak pertimbangannya. Dan kami tidak melihat hanya satu segmen atau model. Tetapi ada pertimbangan resource internal kami untuk fokus development dan kontribusi segmen terhadap market menjadi salah satu acuan prioritas," ungkap Yulius.
Diskriminasi pada sedan telah dimulai cukup lama di dalam negeri dan diperkuat peraturan pemerintah. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), sedan bermesin maksimal 1.500 cc dibebani PPnBM sebesar 30 persen.
Sementara sedan mesin 1.500 cc - 3.000 cc kena 40 persen dan sedan mesin di atas 3.000 cc kena PPnBM paling besar yakni 125 persen.
Klasifikasi itu timpang dibanding misalnya jenis MPV yang bermesin 1.500 cc cuma dibebani PPnBM 10 persen. Sementara MPV mesin 1.500 cc - 2.000 cc PPnBM hanya 20 persen.
Meski demikian diskriminasi sedan bakal berakhir setelah muncul aturan baru berupa Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 2019 tentang PPnBM kendaraan. Aturan ini tidak lagi membebani PPnBM berdasarkan bentuk bodi mobil dan kapasitas mesin melainkan seberapa banyak emisi yang dihasilkan.
Pada aturan itu, semakin bersih emisi maka PPnBM semakin kecil. Kategori mobil jenis penumpang di bawah 3.000 cc semua rata kena PPnBM 15 persen asal mampu mendapatkan emisi CO2 di bawah 150 g per km.
Sementara jika kategori mobil seperti itu hanya sanggup 150-200 g per km kena PPnBM 20 persen, 200-250 g per km kena 25 persen, lebih dari 250 g per km kena 40 persen.
Meski demikian PP Nomor 73 Tahun 2019 yang dijelaskan pemerintah bakal membangkitkan sedan dan pasar ekspor itu akan berlaku mulai 16 Oktober 2021.
Suzuki bukan satu-satunya merek yang tidak menjual sedan saat ini. Pabrikan pendatang baru asal China, Sokonindo Automobile (DFSK), tak melirik sedan menjadi menu pembuka berbisnis di Tanah Air. Sejak 2018 DFSK hanya meniagakan SUV keluarga Glory dan pikap Super Cab.
PR and Digital Manager Sokonindo Automobile Arviane Dahniarny Bahar mengatakan perusahaan punya alasan tersendiri mengapa hingga saat ini belum meniagakan sedan.
"Saat ini DFSK masih fokus untuk segmen SUV dan commercial. Kami masih terus explore market ini di Indonesia, karena melihat demand dan trend yang cukup baik di Indonesia," kata Arviane.
Menilik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produsen mobil penumpang yang masih setia menjual sedan antaranya Toyota, Honda, Mercedes-Benz, BMW, Audi, Hyundai, Lexus, dan Mazda.
Sedangkan sisanya seperti Suzuki, DFSK, Wuling, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, Renault, dan Kia nihil produk sedan.
(ryh/fea)