Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap aktivitas aneh dari asteroid Bennu. Pesawat luar angkasa OSIRIS-REx menangkap asteroid melemparkan material berupa batu secara teratur.
Para ilmuwan planet kesempatan untuk mengamati aktivitas semacam itu dari jarak dekat untuk pertama kalinya. Permukaan aktif Bennu menggarisbawahi gambaran yang muncul di mana asteroid memiliki lingkungan yang cukup dinamis.
OSIRIS-REx sendiri adalah kependekan dari Origins Spectral interpretation Identification of resources Security Regolith Explorer (OSIRIS-REx). OSIRIS-REx diharapkan mendarat di permukaan Bennu pada 20 Oktober untuk mengumpulkan sampel. Kemudian dia akan kembali ke Bumi pada 24 September 2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misi ini menjadikannya pesawat ruang angkasa ketiga yang mengangkut sampel asteroid ke Bumi.
Pengamatan pertama partikel yang muncul dari permukaan asteroid dilakukan pada Januari 2019, hanya beberapa hari setelah pesawat ruang angkasa itu tiba di Bennu. Peristiwa ini mungkin luput dari perhatian apabila tidak ada ilmuwan Lunar and Planetary Laboratory dari Universitas Arizona, Carl Hergenrother.
Hergenrother berhasil menemukan aktivitas permukaan Bennu saat sedang meneliti gambar-gambar yang dikirimkan pesawat ruang angkasa itu kembali ke Bumi. Gambar-gambar tersebut menunjukkan siluet asteroid di langit hitam yang dihiasi banyak bintang, namun bintang itu terlihat terlalu banyak.
"Saya melihat pola bintang dalam gambar ini dan berpikir, tidak ingat gugus bintang itu. Saya hanya menyadarinya karena ada 200 titik cahaya di mana seharusnya ada sekitar 10 bintang. Selain itu, tampaknya hanya bagian langit yang padat," kata Hergenrother.
Pengamatan lebih dekat dan penerapan teknik pemrosesan gambar mengungkap misteri bahwa gugus bintang' itu sebenarnya adalah awan partikel kecil yang terlontar dari permukaan asteroid Bennu.
Pengamatan lanjutan yang dilakukan oleh pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx mengungkap adanya garis-garis tanda khas objek yang bergerak melintasi bingkai. Hal ini membedakannya dari bintang latar yang tampak tidak bergerak karena jaraknya yang sangat jauh.
"Kami telah menghabiskan waktu setahun terakhir untuk menyelidiki permukaan aktif Bennu, dan hal itu memberi kami kesempatan luar biasa untuk memperluas pengetahuan kami tentang perilaku aktif asteroid," kata Dante Lauretta, peneliti utama OSIRIS-REx.
Sama seperti penjelajah samudra di abad yang lalu, wahana antariksa mengandalkan bintang untuk menetapkan posisinya di luar angkasa dan tetap berada di jalur selama bertahun-tahun perjalanannya melintasi ruang angkasa.
Kamera navigasi khusus di dalam pesawat ruang angkasa mengambil gambar berulang dari bintang latar. Kamera ini mereferensikan rasi bintang yang dilihat oleh pesawat ruang angkasa dengan peta bintang , sehingga koreksi jalur dapat dilakukan seperlunya.
Menggunakan algoritma perangkat lunak yang dikembangkan di Catalina Sky Survey, yang mengkhususkan diri dalam menemukan dan melacak asteroid dekat Bumi dengan mendeteksi gerakan mereka terhadap bintang di latar belakang.
Tim OSIRIS-REx menemukan partikel terbesar yang meletus dari Bennu berdiameter sekitar 6 sentimeter.
Tim misi tidak menganggap partikel tersebut sebagai ancaman bagi pesawat ruang angkasa karena ukurannya yang kecil dan berkecepatan rendah, ibarat hujan batu kerikil dalam kecepatan sangat lambat.
"Ruang angkasa sangat kosong sehingga bahkan ketika asteroid melepaskan ratusan partikel, seperti yang telah kita lihat di beberapa peristiwa, Kemungkinan salah satu dari mereka menabrak pesawat ruang angkasa sangat kecil," kata Hergenrother.
Dilansir dari situs NASA, satu hingga dua partikel meledak setiap hari dari asteroid. Dengan sebagian besar materi jatuh kembali ke asteroid. Ditambah dengan ukuran partikel yang kecil.