Ditemukan Hujan Batu di Planet Seukuran Bumi

CNN Indonesia
Senin, 09 Nov 2020 00:39 WIB
Ahli sampai membuat simulasi komputer untuk memprediksi kondisi dan cuaca di Planet Lava karena ada hujan batu di planet tersebut akibat angin supersonik.
Ilustrasi Planet Lava. (Foto: Planet Labs via AP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah tim peneliti yang dipimpin mahasiswa doktoral Universitas York, Tue Giang Nguyen menjalankan simulasi komputer untuk memprediksi kondisi dan cuaca di Planet Lava karena ada hujan batu di planet tersebut akibat angin supersonik.

Menurut Science Daily, Planet Lava yang di luar tepian tata surya kita kemungkinan besar merupakan lautan lava cair.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, planet yang dinamakan K2-141b seukuran Bumi itu mengubah permukaannya karena cuaca ekstrem dari waktu ke waktu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada K2-141b, uap mineral yang dibentuk oleh batuan yang menguap, tersapu ke sisi malam yang dingin oleh angin supersonic dan hujan batuan kembali ke laut magma," kata Nguyen seperti dikutip CNET.

Para ilmuwan berharap teleskop generasi mendatang seperti Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA yang telah lama tertunda, akan dapat melihat lebih dekat ke planet ekstrasurya dan memberitahu mereka apakah simulasi komputer mereka akurat.

"Studi ini adalah yang pertama membuat prediksi tentang kondisi cuaca di K2-141b yang dapat dideteksi dengan teleskop generasi berikutnya seperti James Webb Space Telesope," tambah Nguyen.

Dalam menganalisis pola iluminasi planet ekstrasurya, tim menemukan bahwa sekitar dua pertiga dari K2-141b menghadapi siang hari terus menerus.

K2-141b sendiri adalah bagian dari planet berbatu yang mengorbit sangat dekat dengan bintangnya. Kedekatan ini membuat planet ekstrasurya terkunci pada tempatnya, yang berarti sisi yang sama selalu menghadap bintang.

Sisi malam mengalami suhu dingin di bawah minus dua ratus derajat celsius, sedangkan sisi siang planet diperkirakan tiga ribu celsius.

"Penemuan kamu kemungkinan bahwa atmosfer meluas sedikit di luar pantai lautan magma, membuatnya lebih mudah dikenali dengan teleskop luar angkasa," kata Profesor Nicolas Cowan dari Universitas McGill, Departemen Ilmu Bumi & Planet.

Para ilmuwan memiliki langkah selanjutnya yaitu menguji data dari teleskop luar angkasa Spitzer yang akan memberi mereka pandangan pertama terkait suhu sisi siang dan malam dari planet ekstrasurya.

(din/mik)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER