Ahli nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Zaki Su'ud mengatakan proyek Matahari buatan China bukan hal baru.
Matahari buatan China ini adalah salah satu cara yang diupayakan untuk menemukan energi bersih melalui reaksi fusi nuklir.
Menurut Zaki, pengembangan reaktor fusi nuklir mengalami stagnasi sejak dekade 1990-an. Melansir SCMP, laboratorium penelitian untuk mengembangkan reaktor nuklir fusi dibangun di seluruh dunia sejak tahun 1960-an hingga 1990-an. Tapi, dalam beberapa dekade terakhir hanya sedikit fasilitas baru yang ditambahkan, karena kurangnya kemajuan penelitian yang memudarkan harapan pengembangan salah satu sumber energi bersih ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Zaki, proyek EAST (Experimental Advanced Super Conducting Tokamak) di China, menjadi perkembangan positif mengingat reaktor Tokamak ini dapat berjalan pada waktu yang lama yaitu lebih dari satu menit dan menjadi jembatan teknologi untuk proyek ITER.
"China bahkan berambisi mengembangkan sendiri reaktor fusi semacam ITER yang disebut China Fusion Engineering Test Reactor (CFETR) yang menurut rencana akan mulai dibangun tahun 2021," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/12).
Sebelumnya, diberitakan reaktor fusi China yang disebut sebagai Matahari buatan berhasil beroperasi. Rencananya, reaktor fusi ini akan dikomersilkan pada 2050.
Matahari artifisial ini diklaim dapat menghasilkan energi tanpa batas. Matahari buatan China ini terkurung dalam sebuah wadah bernama Tokamak HL-2M.
Panas reaktor TokamakHL-2M bisa mencapai 150 juta derajat Celsius, 15 kali dari panas inti Matahari. Namun, panas setinggi itu tidak melelehkan lantaran ketika menghasilkan panas, plasma dalam kondisi melayang sehingga tak menyentuh permukaan Tokamak HL-2M.
Menurut Zaki, dalam satu dasawarsa terakhir, China rutin menginvestasikan dana riset sangat besar terhadap negara-negara maju lain di dunia untuk mengembangkan reaktor generasi lanjut baik reaktor fisi maupun reaktor fusi.
"China sendiri berambisi untuk memiliki sekitar 600 PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di tahun 2040-an atau 2050-an. Perlu diketahui bahwa saat ini total PLTN yang ada di dunia hanya sekitar 450-an," kata Zaki.
Lihat juga:Cara China Bikin Panas 15 Kali Matahari |
Tujuan dibangunnya proyek Matahari buatan yang dilakukan China adalah untuk menjadi alternatif sumber energi bersih yang kuat dan ramah lingkungan. Cara ini diklaim menciptakan energi lebih bersih dan lebih aman daripada reaktor nuklir biasa.
Lebih bersih karena, fusi pada reaktor ini tidak menghasilkan limbah radioaktif, dan mengurangi risiko kecelakaan atau pencurian bahan atom.
"Intinya dia buat reaktor nuklir untuk energi nantinya. Tujuan jangka panjangnya itu mau bikin sumber energi kaya PLTN, tapi reaksinya dalamnya nuklir yaitu memakai teknologi fusi," kata Zaki.
Sejauh ini dalam perkembangan reaktor, Zaki mengatakan, reaktor fusi nuklir yang diharapkan dapat mengatasi energi baru dan menghasilkan listrik adalah Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional atau ITER.
Proyek fusi nuklir terbesar di dunia ini mulai berjalan dan sedang dirakit di Prancis. Nantinya, fusi nuklir tersebut diklaim akan mereplikasi reaksi sinar matahari untuk menciptakan sumber energi bersih utama.
"ITER merupakan proyek patungan seluruh dunia dan diharapkan dapat beroperasi antara 2025-2035 tergantung seberapa cepat para ilmuwan mengatasi kendala-kendala yang ada," ujar dia.
Lihat juga:6 Fakta Matahari Buatan China |