Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menyebut fokus memprioritaskan pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) ketimbang proyek Matahari buatan seperti China.
BATAN menyebut tidak akan meniru riset dan penelitian artificial sun atau Matahari buatan yang sedang di kembangkan oleh China lantaran fokus pada Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024.
"Sampai dengan 2024, sesuai dengan rencana strategis BATAN 2020-2024, BATAN tidak akan menyelenggarakan riset reaktor fusi, karena tidak ada topik dalam PRN kita," kata KepalaPusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir BATAN, Dhandang Purwadhi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (9/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam PRN tersebut, Dhandang menjelaskan ada 45 topik penelitian, BATAN sendiri diberikan tiga mandat untuk melakukan penelitian pada periode 2020-2024.
Tiga mandat tersebut diantaranya persiapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PRN-PLTN), Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka (PRN-RIRF), dan Sistem Pemantauan Radiasi untuk Keselamatan dan Keamanan (PRN-SPRKK).
"Selain prioritas riset diatas, BATAN juga melaksanakan pengoperasian dan pengelolaan fasilitas dan instalasi nuklir yang ada, misalnya iradiator dan akselerator, reaktor riset, pengolahan limbah, fasilitas produksi radio farmaka dan lainnya," tuturnya.
Namun meski penelitian reaktor fusi nuklir tidak masuk dalam prioritas riset, tidak menutup kemungkinan bahwa ada peneliti Indonesia yang melakukan penelitian mandiri atau bersama lembaga luar mengembangkan reaktor fusi.
"Tetapi ada kemungkinan mahasiswa postdoctoral melakukan riset terkait reaktor fusi, misalnya riset tentang material logam paduan tahan temperatur tinggi dan riset-riset di bidang ilmu lainnya," kata Dhandang.
Penelitian matahari buatan China menggunakan reaktor fusi yang memanfaatkan energi nuklir untuk menghasilkan panas. Proses ini dikenal ramah lingkungan dan minim kebocoran limbah radioaktif.
Penelitian ini sendiri bukan hal baru. Sebab pengembangan reaktor fusi telah ditelaah sejak tahun 1960-an. Sejak saat itu banyak dibangun laboratorium penelitian reaktor ini. Namun, pengembangannya mandeg di tahun 1990-an lantaran tidak menghasilkan perkembangan berarti.
(mln/eks)