Alasan Nilai Efikasi Vaksin Corona Sinovac Brasil Berubah

CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2021 09:56 WIB
Brasil telah mengumumkan efikasi vaksin corona Sinovac sebesar 50,4 persen, ini lebih rendah dari Indonesia 65,2 persen dan Turki 91 persen.
Ilustrasi pemberian vaksin corona. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Brasil telah memperbarui hasil efikasi (tingkat kemanjuran) vaksin corona Sinovac menjadi 50,4 persen pada Selasa (12/1) dari sebelumnya 78 persen. Tingkat kemanjuran terbaru ini di bawah Indonesia 65,3 persen dan Turki 91 persen.

Perubahan nilai efikasi ini terjadi lantaran Brasil baru menambahkan data efikasi terbaru dari relawan yang terinfeksi virus corona dengan gejala sangat ringan.

Sebelum data relawan dimasukkan, nilai efikasi vaksin Sinovac 78 persen. Data ini menunjukkan efektivitas klinis vaksin untuk mencegah infeksi Covid-19 dengan gejala ringan, hingga membutuhkan perawatan. Selain itu, vaksin ini dinilai 100 persen manjur dalam mencegah kasus sedang hingga serius. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara angka efikasi 50,4 persen, menunjukkan keampuhan vaksin secara umum. Angka ini didapat setelah data relawan yang terinfeksi virus corona dengan gejala sangat ringan dimasukkan dalam perhitungan.

Pada pekan lalu Brasil menyatakanefikasi 78 persen tanpa menyebutkan kelompok relawan mana yang divaksin. Hasil ini didapat dari uji coba tahap akhir yang dilakukan pada 12.476 relawan.

Efikasi Sinovac anyar di Brasil hanya berbeda tipis dengan ambang bawah batas efikasi vaksin yang diizinkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk digunakan vaksinasi penanganan pandemi Covid-19, yakni sebesar 50 persen.

Sementara itu Turki sudah mengumumkan efikasi uji klinis Sinovac sebesar 91 persen pada Desember 2020. Pengujian yang dimulai sejak 14 September itu didapat dari jumlah relawan yang lebih sedikit, yaitu 752 orang.

Indonesia juga telah merilis efikasi Sinovac yaitu sebesar 65,2 persen pada Senin (11/1). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin Sinovac yang akan digunakan dalam tahap awal vaksinasi nasional.

Efikasi di Indonesia dilakukan pada 1.620 relawan di Bandung berusia 18 hingga 59 tahun.

Alasan Beda Hasil Efikasi 3 Negara

Ahli menyatakan tingkat efikasi vaksin Sinovac yang menjalani uji klinis di Indonesia bisa berbeda dari Brasil dan Turki. Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Zullies Ikawati mengatakan perbedaan tingkat efikasi itu dipengaruhi subjek uji.

"Efikasi ini akan dipengaruhi dari karakteristik subjek ujinya," ujar Zullies dalam keterangan tertulis, Selasa (12/1).

Zullies menuturkan efikasi vaksin akan tinggi jika subjek ujinya adalah kelompok risiko tinggi. Sebab, kelompok placebo kemungkinan akan lebih banyak yang terpapar.

Sebaliknya, perbandingan kejadian infeksi antara kelompok placebo dengan kelompok vaksin menjadi lebih rendah dan menghasilkan angka yang lebih rendah jika sujyek ujinya berisiko rendah, apalagi taat dengan prokes.

"Uji klinik di Brasil menggunakan kelompok berisiko tinggi yaitu tenaga Kesehatan, sehingga efikasinya diperoleh lebih tinggi. Sedangkan di Indonesia menggunakan populasi masyarakat umum yang risikonya lebih kecil," ujarnya.

Selain itu, Zullies menyebut jumlah subjek uji dan lama pengamatan juga dapat mempengaruhi hasil. Jika pengamatan diperpanjang menjadi 1 tahun, dia berkata sangat mungkin menghasilkan angka efikasi vaksin yang berbeda.

"Jadi angka efikasi ini bukan harga mati dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor ketika uji klinik dilakukan," ujar Zullies.

Di sisi lain, Zullies memaparkan uji klinik vaksin Sinovac di Indonesia melibatkan 1600 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 800 orang menerima vaksin dan 800 orang yang mendapatkan placebo (vaksin kosong).

Dari uji klinik itu ditemukan bahwa 26 yang terinfeksi (3,25 persen) orang dari kelompok yang divaksin terinfeksi Covid-19. Sedangkan dari kelompok placebo ada 75 orang (9,4 persen) yang terinfeksi Covid-19.

"Maka efikasi dari vaksin adalah = (0,094 - 0,0325)/0.094 x 100 persen = 65.3 persen. Jadi yang menentukan adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak," ujarnya.

(pjs/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER