Aplikasi perpesanan instan Signal menyindir kompetitor WhatsApp di Twitter. Sindiran ini buntut rencana WhatsApp membagikan data pengguna pada aplikasi induknya, Facebook.
Melalui akun Twitternya, Signal memberikan retweet beserta komentar pada cuitan media massa asal Amerika Serikat (AS) Bloomberg.
Ia mengatakan perlindungan privasi pengguna tidak perlu ditunda dan sudah seharusnya tidak membingungkan. Signal kemudian mengajak untuk beralih dan mengunduh aplikasinya segera mungkin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Privasi tidak perlu ditunda, dan seharusnya tidak membingungkan (pengguna). Anda cukup mengunduh Signal sekarang," cuitnya Rabu (20/1).
Signal me-retweet postingan akun @BloombergQuint yang membagikan berita berjudul WhatsApp telah menunda pembaruan kebijakan privasi, setelah membuat berbagai reaksi serta membingungkan penggunanya.
"WhatsApp telah menunda kebijakan privasi baru yang diumumkan awal bulan ini setelah kebingungan dan reaksi pengguna," tulis Bloomberg melalui Twitternya (18/1).
Sebelumnya, polemik tersebut didasari oleh rencana monetisasi yang akan dilakukan oleh WhatsApp kepada penggunanya pada 8 Februari 2021 mendatang.
Pihaknya berencana untuk meminta data pengguna meliputi kontak pribadi, durasi penggunaan aplikasi serta lokasi akses pengguna untuk diolah dan dijadikan data yang dapat disajikan untuk para calon pengiklan.
Namun WhatsApp menunda pembaruan aturan kebijakan layanan dan privasi bagi pengguna layanan pesan instan hingga 15 Mei 2021 nanti.
Menurut Whatsapp penundaan juga dilakukan untuk memberi waktu lebih panjang bagi pengguna untuk meninjau ulang tentang aturan baru itu. Namun Whatsapp juga menjamin tidak akan ada akun yang dihapus setelah 8 Februari, karena dilakukan penundaan pembaruan.
"Tidak ada seorang pun yang akunnya akan ditangguhkan atau dihapus pada 8 Februari. Kami juga akan melakukan lebih banyak hal untuk menjernihkan informasi yang salah tentang privasi dan keamanan di WhatsApp," kata WhatsApp lewat blog resminya, Jumat (15/1).