LAPAN Akui RI Belum Siap Mitigasi Cegah Asteroid Jatuh

CNN Indonesia
Jumat, 19 Mar 2021 15:34 WIB
Teknologi yang secara aktif memitigasi posisi asteroid di luar angkasa sangat diperlukan untuk menghindari bertumbukan dengan Bumi.
Ilustrasi mitigasi asteroid di luar angkasa. (Foto: earthobservatory.nasa.gov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rhorom Priyatikanto menjelaskan saat ini Indonesia belum memiliki teknologi yang secara aktif untuk memitigasi jatuhnya asteroid di wilayah Indonesia.

Mitigasi benda-benda langit sejak dini diperlukan guna menyelamatkan umat manusia dari ancaman hantaman asteroid.

"Belum ada langkah mitigasi aktif yg secara mandiri dilakukan Indonesia" ujar peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut ia menjelaskan misi pencegahan malapetaka asteroid bukan menjadi urusan satu negara saja. Namun kata dia hal ini menjadi kewajiban bersama dari seluruh negara.

Rhorom mengatakan ada misi yang kini tengah fokus dalam mitigasi asteroid yang berpotensi menghantam Bumi. Misi tersebut digagas oleh Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang dinamai Double Asteroid Redirection Test (DART).

Misi tersebut tengah dipersiapkan untuk mencegah tabrakan asteroid dengan Bumi. Targetnya, wahana tersebut akan menghampiri asteroid kembar Didyamos untuk berusaha membelokkan lintasan asteroid dengan cara menabrakkan diri.

"Ada misi DART yang sedang dipersiapkan. Targetnya, wahana tersebut akan menghampiri asteroid kembar Didymos bulan September 2022 dan berusaha membelokkan lintasan asteroid ini dengan cara menabrakkan diri," ujarnya.

Menurut Rhorom asteroid itu bukanlah jenis asteroid yang berpotensi bahaya bagi Bumi. Namun dia berkata asteroid ini dipilih untuk dilakukan uji teknologi.

Dikutip situs resmi NASA, DART merupakan uji teknologi yang digerakkan untuk mencegah dampak dari asteroid ke Bumi. Misi ini akan menjadi demonstrasi pertama dari teknik untuk mengubah gerakan asteroid di luar angkasa.

Dalam misi tersebut DART menggunakan pesawat ruang angkasa yang diterbangkan untuk menabrakkan diri ke target dengan kecepatan 6,6 kilometer per detik.

Pesawat tanpa awak itu dilengkapi dengan sistem otonom canggih yang disertai kamera on board dengan nama Draco.

Sebelumnya para astronom dunia sudah menciptakan skenario mitigasi bila asteroid berdiameter lebih dari 140 meter hendak menabrak Bumi.

Rhorom menjelaskan setidaknya dua kali tiap pekan terdapat asteroid menabrak atmosfer Bumi yang kemudian menjadi meteor. Meteor itu kebanyakan berukuran kecil, disebut rata-rata berdiameter 50 cm, dan jarang ada yang berukuran sangat besar.

Skenario mitigasi itu dia sebut meliputi pemantauan intensif hingga misi pembelokan lintasan benda langit tersebut. Sejumlah teknologi terkait mitigasi itu saat ini tengah diuji coba oleh lembaga antariksa, salah satunya Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA).

(can/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER