Bergelut selama 10 tahun di dunia fesyen, Diajeng Lestari percaya diri menyatakan Indonesia sudah siap untuk bersaing di pasar global. Selain karena kualitas, keyakinan itu juga disebabkan ragam karakter yang unik dalam desain karya anak bangsa.
"Karena keunikan desain-desain (dari) Indonesia, dia (konsumen) tahu taste Indonesia itu kayak gimana, dari sisi warna, pattern. Jadi kebanyakan (desainer Indonesia) punya loyalis-loyalisnya," kata Ajeng, panggilan Diajeng, dalam program kolaborasi CNNIndonesia, Asus, serta Microsoft bertajuk The Incredibles.
Pada 2011, Ajeng mendirikan situs HijUp, sebuah platform yang menyediakan fesyen muslim dari ratusan merek dalam negeri. Fesyen itu mencakup pakaian untuk berbagai kesempatan berbeda seperti bekerja atau olah raga, ragam hijab dan jilbab, sampai aksesoris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ajeng mengawali HijUp dengan dibantu dua orang karyawan dalam ruangan berukuran 3x3 meter. Sehari kemudian, seorang karyawan mengundurkan diri. Terpaksa Ajeng turun tangan sendiri mengurus segala urusan, mulai administrasi hingga kontrak kerja.
Sejak lama, ia selalu ingin memberi dampak terhadap orang di sekitar. Ajeng mewujudkan hal itu dengan memperkenalkan HijUp, yang kini telah mendapat respons positif dari Inggris, Kanada, serta Brunei Darussalam.
"Ingin agar gimana caranya HijUp itu bisa diterima bukan cuma di Indonesia, tapi juga bisa jadi inspirasi di luar. Bisa jadi kebanggaan Indonesia, dan tentunya memberikan banyak impact," ungkap Ajeng.
Dalam kesempatan yang sama, Ajeng membagikan resep sukses yang diterapkan saat membesarkan HijUp. Resep itu adalah HIJUP, yakni honesty (kejujuran) yang harus dimulai dari diri sendiri.
"Karena dalam dunia enterpreneur itu, kalau kita enggak mulai dari kita sendiri (kenapa ingin berbisnis), ke depannya itu pasti banyak tantangan, dan ketika kita menghadapi tantangan itu kita akan mudah goyah kalau 'why' dari kita sendiri enggak kuat," tuturnya.
Yang kedua, adalah inovatif. Di tengah kompetisi bisnis yang ketat, sebuah usaha harus menawarkan nilai lebih sebagai pembeda. Dalam berinovasi, Ajeng menyebut pelaku usaha harus mau melakukan riset serta mempelajari pasar. Tips ketiga, just do it dan tak menyerah saat mengalami kegagalan.
"Kegagalan itu perlu. Di Indonesia itu mungkin budaya kegagalan itu enggak di-embrace. Kita perlu mencoba dan gagal. Ketika gagal, kita jadi belajar. Apalagi sekarang banyak milenial, ya memang harus berani mencoba," kata Ajeng.
Keempat, adalah unik. Keunikan produk yang ditawarkan akan lebih menarik perhatian masyarakat agar dapat bertahan. Terakhir, adalah P untuk pray. Ajeng mengatakan langkah ini mutlak diperlukan.
![]() |
Mengiring langkah sukses para pengusaha Indonesia, Asus memiliki ZenBook Pro Duo 14 UX482 yang memberi gaya kepada pengguna tanpa mengesampingkan produktivitas. Laptop ini hadir lengkap dari segi performa, efektivitas, dan desain.
Keunggulan utama ZenBook Duo 14 terletak pada dua layar yang sama-sama touchscreen dengan spesifikasi masing-masing. Layar utama sebesar 14 inci memiliki panel IPS dan resolusi full HD, sementara layar ScreenPad Plus berukuran 12,65 inci.
Kemudian, Asus menyematkan varian prosesor Intel Core i7 dan Core i7 generasi 11, dilengkapi dua GPU yakni NVIDIA GeForce MX450 dan Intel Iris XE. ZenBook Duo 14 menawarkan konfigurasi varian RAM 8GB dan 16GB, serta SSD NVMe 512GB dan 1TB.
Tak lupa, ZenBook Duo 14 juga dipersenjatai Windows 10 Home with Office & Student 2019. Kokoh, multifungsi dan bergaya, Asus ZenBook Duo 14 menjadi properti wajib bagi pengusaha modern yang ingin mengembangkan bisnis.
(rea)