Teknologi untuk Angkat Kapal Selam Kursk, Tenggelam pada 2000

CNN Indonesia
Senin, 26 Apr 2021 17:09 WIB
Kapal selam Kursk milik Rusia yang tenggelam pada 2000 (Sergey Konovalov via Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kapal selam Rusia, Kursk, diangkat ke permukaan laut Barents setahun setelah dinyatakan tenggelam pada 12 Agustus 2000.

Kapal selam itu diangkat dengan kabel baja yang diturunkan dari kapal tongkang. Setelah diangkat, kapal selam itu lantas dijepit di bawah tongkang.

Pengangkatan berlangsung lancar. Padahal sebelumnya, tiga bulan persiapan pengangkatan kapal selam ini penuh dengan kendala teknis.

Pengangkatan kapal Kursk berbeda dengan kapal selam lain sebab kapal 18.000 ton ini berukuran sangat besar dan berat. Selain itu, kapal selam ini juga membawa senjata nuklir.

Selain itu, bangkai kapal selam Kursk juga dikhawatirkan akan mengganggu keselamatan kapal lain karena tenggelam di perairan dangkal. Ia terbaring 108 meter di bawah permukaan, 140 kilometer lepas pantai Rusia.Sehingga pemerintah Rusia menyatakan mesti mengangkat kapal tersebut untuk menghindari dampak lingkungan dari reaktor nuklir di kapal selam.

Melansir Popular Mechanics, Kapal selam Kursk dilaporkan tenggelam akibat ledakan besar. Ledakan bawah laut ini mengguncang area latihan, diikuti ledakan yang lebih besar lagi dua menit kemudian.

Seluruh awak kapal meninggal dalam kecelakaan ini. Namun, saat kapal meledak masih ada puluhan awak yang hidup, namun tim tak berhasil menyelamatkan mereka tepat waktu. 

Teknologi pengangkatan

Operasi pengangkatan mulai dilakukan pada Mei dan mesti selesai sebelum Oktober. Sebab, musim dingin akan mempersulit proses pengangkatan.

Dalam tiga bulan, 3.000 ton perangkat khusus dirancang, dibuat, dan dipasang untuk mengangkat Kursk.

Kesulitan pengangkatan ini terjadi karena haluan kapal selam tertancap begitu dalam di dasar laut. Pasalnya kapal selam ini tenggelam dengan kemiringan 20 derajat. Sehingga, dikhawatirkan haluan yang rusak berat itu bisa putus di saat pengangkatan dan mengganggu kestabilan proses.

Selain itu, pengangkatan ini juga berisiko karena Kursk masih berisi sejumlah torpedo yang belum meledak dan 24 rudal jelajah, plus dua reaktor penggerak nuklir, seperti dilaporkan Mammoet.

Proses pengangkatan dikendalikan oleh komputer pusat jarak jauh yang mengawasi tiap sentimeter proses pengangkatan. Komputer juga menjamin keseimbangan proses pengangkutan.

Proses pengangkatan

Menurut Kapten Igor Babenko, juru bicara Armada Utara Rusia, sepanjang pengangkatan, kamera yang dikendalikan dari jarak jauh dan penyelam memeriksa kapal selam. Mereka mengecek alat pengukur yang memantau radiasi dan sudut kapal ketika dikaitkan ke tongkang.

"Pengangkatan telah berjalan tanpa hambatan. Para penyelam telah memeriksa kapal selam dan tidak menemukan cacat pada peralatan penyelamatan (kapal selam)," jelasnya, seperti dikutip The Guardian

Operasi pengangkatan kapal selam Kursk ini dipimpin oleh konsorsoum internasional Mammoet-Smit Belanda. Dengan diangkatnya bangkai kapal uga diharapkan Angkatan Laut Rusia juga berharap bisa menemukan penyebab kapal tenggelam.

Konsorsium Belanda memutuskan untuk meninggalkan bagian depan kapal selam yang hancur di dasar laut. Sebab, mereka khawatir bagian ini akan putus saat proses pengangkatan dilakukan, sehingga mengganggu kestabilan pengangkatan.

Tongkang mengulurkan 26 kabel dan ditancapkan ke lubang yang ditusuk di lambung Kursk. Tiap kabel terdiri dari kumpulan 54 tali baja super kuat.

Kursk, salah satu kapal selam paling modern di Rusia, lantas ditarik ke dok di Roslyakovo dengan kecepatan sekitar 3 knot per jam.

Beruntung dalam operasi pengangkatan ini Angkatan Laut Rusia dan tim penyelamat mengatakan reaktor nuklir kapal telah ditutup dengan aman dan tidak menimbulkan ancaman bagi upaya penyelamatan. Kompartemen yang menampung reaktor nuklir kembar pun aman tidak berlubang.

Lima kapal selam nuklir lain yang tenggelam tak pernah diangkat. Pasalnya kapal-kapal selam itu tenggelam terlalu dalam di kedalaman hingga 5.000 meter sehingga biaya pengangkatan terlalu tinggi. Lima kapal itu terdiri dari dua kapal Amerika Serikat dan tiga milik Rusia.

Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan pihaknya berencana mengangkat bagian kapal selam KRI Nanggala 402 yang tenggelam dari dasar laut untuk melakukan investigasi secara menyeluruh.

Yudo menjelaskan investigasi menyeluruh bertujuan untuk mencari penyebab tenggelamnya KRI Nanggala. Melalui investigasi, ia berharap di kemudian hari tak terulang kejadian serupa.

Kapal Nanggala hilang kontak pukul 04.30 waktu setempat 95 km di perairan utara Bali. Kapal yang tengah latihan itu membawa 53 awak. Kapal terakhir melakukan kontak ketika hendak menyelam untuk menembakkan torpedo saat latihan.

(eks)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK