Badan antariksa dunia memiliki kuburan roket dan puing pesawat antariksa lain di Point Nemo di Samudra Pasifik.
Point Nemo terletak di antara Australia, Amerika Selatan, dan Selandia Baru.
Point Nemo dalam Latin memiliki arti 'tidak seorang pun'. Lokasi itu memiliki kedalaman sekitar 4.000 meter. Tidak ada yang tinggal di dekatnya, dan tidak banyak satwa liar, menjadikannya tempat pembuangan yang sempurna untuk sampah luar angkasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat ini jadi kuburan laut untuk tangki bahan bakar titanium dan puing-puing luar angkasa berteknologi tinggi.
Mereka biasanya sengaja menjatuhkan roket bekas pakai, pesawat antariksa, hingga satelit ke titik ini. Hal itu dilakukan agar benda antariksa yang jatuh ke Bumi itu tidak membahayakan wilayah berpenduduk.
Point Nemo (Titik Nemo) adalah titik samudra yang jauh dari daratan manapun di dunia. Daratan terdekat dari Titik Nemo berada 2.688 kilometer (sekitar 1.450 mil) dari Kepulauan Pitcairn di utara, salah satu Kepulauan Paskah di barat laut, dan Pulau Maher, bagian dari Antartika di Selatan.
"Fiturnya yang paling menarik untuk entri ulang yang terkontrol adalah tidak ada orang yang tinggal di sana," kata Stijn Lemmens, pakar puing antariksa di Badan Antariksa Eropa.
"Kebetulan keanekaraman hayati (di tempat ini) juga tidak terlalu beragam," lanjutnya, seperti dikutip Phys.
Sebelumnya, China mendapat kecaman dari Amerika Serikat (AS). Pasalya, roket Long March 5B Yao-2 jatuh tak terkendali. AS mengecam lantaran dengan teknologi yang ada saat ini, seharusnya roket tidak lagi jatuh tak terkendali. Tapi, bisa diarahkan agar tidak membahayakan penduduk.
Pada Minggu (9/5), roket itu akhirnya mendarat dan tercebur di Samudera Hindia, dekat Maladewa. Informasi soal potensi lokasi jatuhnya puing roket itu sebelumnya sempat menjadi kekhawatiran pada pekan lalu.
Tidak ada korban jiwa atau kerugian yang dialami oleh warga di sekitar lokasi jatuhnya puing itu. Namun, Amerika Serikat sempat meminta China untuk 'bertanggungjawab' dalam mengelola puing kendaraan luar angkasanya.
AS hingga Rusia tenggelamkan puing di Point Nemo
Berdasarkan data, sekitar 250 hingga 300 puing sisa pesawat ruang angkasa yang sebagian besar terbakar saat menembus atmosfer Bumi diarahkan untuk jatuh di Nemo Point.
Sejauh ini, objek terbesar yang turun dari langit untuk jatuh di Point Nemo adalah laboratorium ruang angkasa MIR Rusia, yang beratnya 120 ton pada tahun 2001.
"Ini secara rutin digunakan saat ini oleh kapsul Progress (Rusia), yang bolak-balik ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)," kata Lemmens.
Melansir The Sun, selain laboratorium luar angkasa MIR Rusia, diperkirakan Stasiun Luar Angkasa Internasional sebarat 420 ton juga akan ditenggelamkan di tempat ini setelah tahun 2024.
Tempat tersebut membantu mencegah penumpukan sampah luar angkasa orbital berbahaya yang dapat bertabrakan dengan satelit dan peluncuran roket di masa depan.
"Satelit yang lebih kecil akan terbakar tetapi potongan yang lebih besar akan bertahan (tersisa) sehingga bisa sampai ke permukaan bumi," kata astronom David Whitehouse.
Untuk mendarat di Point Nemo, para teknisi harus mengatur waktu dengan tepat saat kendaraan mereka turun agar bisa menabrak air.
Pesawat ruang angkasa pecah saat mereka masuk kembali ke atmosfer, yang berarti mereka mendarat dalam bentuk ribuan kepingan kecil di Pasifik Selatan.
Kepala Kantor Sampah Antariksa Badan Antariksa Eropa, Holger Krag menyebut puing kendaraan antariksa dapat tersebar di area sepanjang ribuan mil.
Di masa depan, sebagian besar pesawat ruang angkasa akan dirancang untuk 'mati' dengan bahan yang meleleh pada suhu yang lebih rendah. Sehingga membuat mereka jauh lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup saat masuk kembali dan menghantam permukaan Bumi.
Baik NASA dan ESA misalnya, beralih dari titanium ke alumium dalam pembuatan tangki bahan bakar.
(jps/eks)