Fenomena Titik Balik Matahari Utara atau Soltis Juni terjadi hari ini 21 Juni.
Fenomena Soltis Juni atau Titik Balik Matahari Utara sendiri merupakan waktu ketika matahari berada pada posisi paling utara dari khatulistiwa. Peristiwa ini disebut titik balik karena setelah titik puncak ini, Matahari akan kembali "bergerak" ke bagian selatan Bumi.
Fenomena Titik Balik Matahari ini berkaitan dengan gerak semu tahunan Matahari. Gerak semu inilah yang menyebabkan seolah Matahari bergerak lebih ke utara atau selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal pergerakan Matahari itu akibat kemiringan poros Bumi ketika berputar mengelilingi Matahari. Sehingga, bagi pengamat di Bumi seolah Matahari "bergerak" ke utara dan selatan Bumi.
Peristiwa Titik Balik Matahari ini menyebabkan Matahari tak pernah tenggelam di Artik, Kutub Utara. Bagi warga di belahan Bumi utara lain, seperti Amerika Utara dan Eropa, momen ini menimbulkan siang terpanjang sepanjang tahun.
Namun, hari ini sekaligus penanda siang terpendek bagi warga di belahan Bumi selatan seperti Australia. Hari terpanjang di belahan Bumi selatan bakal terjadi enam bulan kemudian ketika gerak semu tahunan Matahari mencapai titik puncak di selatan pada 21 Desember mendatang.
Bagi mereka yang tinggal di khatulistiwa, peristiwa hari terpanjang akan tergantung dari lokasi mereka ada di selatan atau utara khatulistiwa. Misal, bagi warga Jakarta yang berada lebih ke selatan dari garis khatulistiwa, maka hari terpanjang terjadi sekitar Desember.
Maka, tak heran jika waktu siang hari sekitar Desember-Januari akan terasa lebih lama, biasanya Matahari akan tenggelam lebih dari pukul 18:00 WIB dan terbit sebelum pukul 06:00 WIB. Sementara bulan-bulan ini, Matahari tenggelam sebelum pukul 18:00 dan terbit setelah sekitar 06:00 WIB.
Hal ini tak lepas dari pengaruh revolusi Bumi mengitari Matahari. Karena poros Bumi miring 23,5 derajat, maka kali ini belahan Bumi utara-lah yang kebagian sinar Matahari lebih banyak, seperti ditulis Space.
Pengaruh revolusi ini juga yang menyebabkan dari Indonesia Matahari tampak terbit lebih ke utara seperti kemarin sempat diributkan sebagai pertanda kiamat. Hal itu menjadi penanda, Matahari lebih banyak menyinari belahan Bumi utara.
Pada 20,21, dan 22 Juni, Matahari memang bersinar paling lama di belahan Bumi utara. Sebaliknya, belahan Bumi selatan pada masa ini hanya mendapat sedikit Matahari sehingga mereka menghadapi musim dingin bersalju.
Belahan Bumi selatan baru mendapat pancaran Matahari terlama pada 21, 22, dan 23 Desember nanti. Pada saat itu, sebaliknya di belahan Bumi utara akan mendapat sedikit Matahari sehingga mereka mengalami musim dingin bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru.
Lama waktu siang hari terpanjang yang di alami negara-negara di belahan Bumi utara ketika Titik Balik Matahari Utara berbeda, tergantung titik koordinat lintang dimana mereka berada. Makin ke utara dekat kutub, maka siang harinya akan lebih lama.
Melansir Indian Express, bahkan di Artik alias kutub utara, Matahari tak pernah tenggelam pada momen Soltis Utara. Sebaliknya, enam bulan kemudian ketika Matahari ada di Titik Balik Selatan, maka malam tak akan pernah datang di Antartika, Kutub Selatan.
Pada beberapa negara lain, mereka bisa merasakan siang hari lebih dari 14 jam. Sementara tempat seperti St. Petersburg Rusia, akan mengalami siang hari selama 19 jam. Matahari akan terbit pada 3:35 pagi dan tenggelam sekitar pukul 9 malam.
Sementara tempat seperti Singapura yang berlokasi lebih ke utara dari khatulistiwa akan mengalami hari lebih panjang 11 menit saja, seperti dikutip CNN.
Peristiwa ini juga menjadi penanda awal musim panas di belahan Bumi Utara, sekaligus awal musim dingin di belahan Bumi selatan.
(eks)