Ahli Sebut Hujan Lebat di Greenland Fenomena Anomali

CNN Indonesia
Rabu, 25 Agu 2021 21:00 WIB
Menurut pakar hujan lebat yang mengguyur Greenland dan menyebabkan pencairan es pada 14-15 Agustus lalu merupakan sebuah anomali.
Menurut pakar hujan lebat yang mengguyur Greenland dan menyebabkan pencairan es pada 14-15 Agustus lalu merupakan sebuah anomali. (AP Photo/Felipe Dana)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hujan lebat yang mengguyur Greenland dan menyebabkan peristiwa pencairan es pada 14-15 Agustus lalu merupakan sebuah fenomena yang tidak biasa. Sebab hal tersebut pertama kali terjadi dalam sejarah.

Dosen Meteorologi Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG), Deni Septiadi, mengatakan fenomena itu sebagai sesuatu yang anomali.

"Jadi secara physics itu [kemungkinan hujan] sangat kecil sekali, malah bisa katakan itu anomali. Jadi sangat tidak memungkinkan dia menghasilkan presipitasi dalam bentuk cair, pasti dia bakal tetap berada dalam bentuk es," kata Deni kepada CNNINdonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (25/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deni memaparkan hujan terjadi karena ada proses pemanasan permukaan, diawali dengan adanya perbedaan tekanan udara antara laut dan daratan. Jungkat jungkit cuaca menghasilkan proses konvektif yang kemudian membentuk awan.

"Setelah terbentuk awan, maka awan itu normalnya akan menghasilkan presipitasi curah hujan, presipitasi nya ini bisa dalam bentuk padat [es] dan bisa dalam bentuk cair," katanya.

Lazimnya, kata Deni, presipitasi berbentuk cair. Namun demikian, di Greenland karena di tempat paling utara Bumi itu pemanasan sulit terjadi sebab suhu di bawah titik beku. Maka dari itu terjadinya curah hujan cair yang lebat di Greenland merupakan fenomena langka.

Berdasarkan pantauan satelit NASA, hujan ini memperparah pencairan es yang terjadi di kawasan Greenland. Sebelumnya, pencairan es di Greenland hanya terjadi akibat kenaikan suhu seperti terjadi pada 2012 dan 2019.

Menurut glasiologis dari Universitas Maryland dan Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard-NASA, Christopher Shuman, baru kali pertama pencairan es makin parah terjadi akibat hujan deras.

Pencairan es secara normal biasanya terjadi pada periode Juni dan Agustus atau pada musim panas. Namun, pada Juli lalu terjadi pemanasan yang lebih parah menyebabkan pencairan es seluas 881 ribu kilometer persegi yang merupakan peristiwa pencairan es ketujuh terbesar yang tercatat.

Dengan semakin  pencairan es di daerah kutub yang semakin masif, Deni juga mengimbau agar Indonesia tetap waspada.

"Mencairnya es di daerah kutub, itu sebenarnya yang lebih berdampak dan kena imbas terutama di daerah-daerah maritim Indonesia, karena slope kemiringan dari suhu muka laut akan lebih banyak menggenangi wilayah Indonesia. jadi harus diwaspadai langsung untuk pencairan es yang masif ini," katanya.

Menurut data dari Pusat Data Salju dan Es Nasional AS (NSIDC), hujan di Greenland adalah yang terparah sejak pertama kali dipantau pada 1950. Selain itu, kadar es yang hilang akibat hujan ini juga tujuh kali lebih besar dari rata-rata pencairan es harian tahun ini.

(mhr/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER