Kalangan pemain gim online di China (eSport) kecewa dengan aturan baru pemerintah yang membatasi jam bermain bagi remaja di bawah usia 18 tahun.
"Aturan baru itu hampir menutup kesempatan muda-mudi buat menjadi pemain atlet gim elektronik profesional," kata dosen tamu Sekolah Teknik Elektronika dan Ilmu Pengetahuan Komputer Universitas Peking, Prof. Chen Jiang, seperti dilansir Reuters, Rabu (8/9).
Menurut aturan baru itu, para remaja China di bawah usia 18 tahun hanya boleh bermain gim selama tiga jam dalam sepekan. Sebelum aturan itu diberlakukan, anak-anak di China hanya dibolehkan bermain gim elektronik selama 1.5 jam pada hari biasa dan tiga hari pada akhir pekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu dianggap bisa menjadi kemunduran bagi dunia gim online di Negeri Tirai Bambu. Menurut seorang sumber yang juga direktur klub pemain gim online di China menyatakan aturan itu bisa membuat banyak muda-mudi di negara itu yang punya bakat bermain gim elektronik kehilangan kesempatan.
"Pemain papan atas biasanya memang berbakat dan tidak perlu bermain dalam waktu yang lama sebelum bergabung dengan klub. Namun, lainnya mungkin tidak terlalu berbakat dan butuh banyak latihan buat mengasah keterampilan," kata sumber itu.
Para pemain kawakan gim daring di China rata-rata diawali dari usia belia dan lazimnya pensiun pada umur 20 tahun. Menurut para pakar cara latihan para pemain gim itu bisa disamakan dengan atlet Olimpiade atau perenang.
Sebagai contoh, salah satu pemain jagoan gim elektronik "League of Legends" buatan perusahaan Riot Games, Wu Hanwei atau yang dijuluki Xiye, mulai serius menjadi atlet gim pada usia 14 tahun dan bergabung dengan sebuah klub eSport dua tahun kemudian.
Aturan baru dari pemerintah China itu juga dinilai meremehkan industri gim elektronik di negara itu. Sebab kejuaraan gim elektronik biasa digelar di stadion mewah dan disiarkan secara streaming ke seluruh dunia.
Menurut laporan surat kabar People's Daily, jumlah penggemar gim elektronik di China dilaporkan mencapai 400 juta orang. Sedangkan menurut laporan lembaga konsultan iResearch, jumlah perputaran uang dalam bisnis eSport di Negeri Tirai Bambu pada 2020 mencapai US$23 juta (sekitar Rp328.4 triliun).
(ayp/ayp)