Jika yang putus adalah kabel laut milik Telkom, lantas mengapa hal ini ikut berpengaruh pada layanan Telkomsel yang merupakan operator seluler?
Salahuddien menuturkan hal ini terjadi karena layanan operator seluler yang mengandalkan koneksi nirkabel seperti Telkomsel, tetap membutuhkan FO (fiber optic/ serat optik), termasuk kabel optik yang di dasar laut.
Ia menerangkan layanan seluler berasal dari BTS (Base Station) yang memancarkan sinyal nirkabel ke perangkat mobile pengguna. Namun, koneksi dari BTS ke MSC (Mobile Switching Center) sampai ke internet, semuanya dihubungkan dengan backbone berupa kabel serat optik. Kabel-kabel ini menghubungkan koneksi antar pulau maupun antar negara. Kabel ini melintang baik yang di jalur darat atau overlay bawah laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, hanya sebagian kecil atau kurang dari 20 persen backbone telekomunikasi yang masih menggunakan wireless terestrial (microwave access) dan VSAT (satelit), karena kapasitasnya yang terbatas. Biasanya akses wireless terrestrial dan VSAT ini banyak digunakan untuk melayani daerah terpencil yang penggunanya sedikit.
"Pada dasarnya, kapasitas kabel FO itu bisa unlimited, batasnya cuma kemampuan perangkat interface saja. Sehingga kalau kapasitas kurang karena kebutuhan meningkat, cukup ganti interface saja sementara kabel FO yang digunakan tetap sama atau tidak berubah," ujar Salahuddien.
Hal tersebut berbeda dengan dengan wireless yang menggunakan sumber daya alam terbatas frekuensi, kapasitasnya mempunyai batas maksimal. Tambahan kapasitas untuk akses wireless, biasanya juga harus mengganti keseluruhan perangkatnya.
Sebelumnya, Telkom Group menyatakan gangguan layanan internet pada operator IndiHome akibat kendala pada sistem kabel bawah laut Jasuka ruas Batam-Pontianak.
Vice President Corporate Communication Telkom, Pujo Pramono, mengatakan gangguan layanan Telkomsel dan Indihome teridentifikasi berasal dari titik sekitar 1,5 kilometer lepas pantai Batam pada kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut.
Kabel Jasuka memiliki 17 titik pendaratan atau landing point yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, serta Malaysia.
Titik tersebut berada di Bandar Lampung, Batam, Baturaja, Dumai, Jakarta, Jambi, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Pontianak, Rantau Prapat, Sibolga Tanjung Pakis, Tanjung Pandan, Tebing Tinggi, dan Bandar Bukit Tinggi di Selangor, Malaysia.
Telkom mengklaim Jasuka merupakan salah satu jalur kabel laut terpanjang di dunia. Instalasi kabel itu terdiri empat kanal 40G yang memiliki kapasitas daya tampung hingga 16 kali lipat dari jalur konvensional.
Telkom membangun sistem kabel bawah laut jalur Jawa-Sumatera-Kalimantan sebagai upaya dari Indonesia Digital Network. Targetnya supaya 90 persen wilayah kota dan kabupaten di Indonesia terkoneksi jaringan pita lebar (broadband) pada 2015 silam.
(eks/mrh/eks)