Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan sudah melakukan kajian tahap awal program wisata malam GLOW di Kebun Raya Bogor sejak bulan lalu.
Menurut Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, kajian untuk atraksi lampu bernama GLOW di Kebun Raya Bogor sudah dilakukan sejak bulan lalu, namun masih berada pada tahap awal.
"Riset terkait sudah dimulai oleh teman-teman, tetapi baru awal. Kalau kajian literatur dan best practices dari berbagai kebun raya sudah dilakukan juga oleh mereka," kata Laksana pada CNNIndonesia.com melalui pesan teks, Jumat (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemarin Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eddy Soeparno, meminta pengelola Kebun Raya Bogor dan BRIN melakukan kajian dan evaluasi dampak dari wisata malam GLOW di KRB terhadap habitat tanaman dan ekosistem serangga.
Pada hasil kajian tahap awal yang dilakukan, BRIN mengatakan program GLOW tidak akan menjadi masalah.
"Kalau dari kajian awal, karena sudah biasa dilakukan di berbagai kebun raya di dunia, ya tidak masalah," ujar Laksana.
Selain itu, Laksana merujuk pada kajian literatur yang menyatakan pengaruh lampu buatan di 295 kebun raya di Eropa dapat membantu proses pertumbuhan.
Kajian yang dilakukan oleh BRIN berfokus pada pengaruh cahaya dan suara pada flora dan fauna di dalam kebun raya.
Selain itu, Laksana mengatakan riset ini bersifat kuantitatif dan multidisiplin, sehingga melibatkan beberapa bidang termasuk bidang teknik dan kimia.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Menurut Laksana kajian ini tidak hanya fokus pada program GLOW, tetapi juga untuk pengembangan strategi di berbagai kebun raya di wilayah lain. BRIN berencana untuk membangun beberapa kebun raya pada 2022 mendatang.
"Riset ini penting bukan sekedar untuk GLOW, tetapi untuk strategi pengembangan berbagai kebun raya baru di berbagai wilayah," kata Laksana
"Mulai tahun depan kita membangun 6 kebun raya nasional (yang langsung berada di bawah BRIN) baru. Selain itu juga 4 kebun raya daerah bekerjasama dengan Pemda, serta 1 kebun raya kerjasama dengan swasta," tambahnya.
Laksana menjelaskan kebun raya yang akan dibangun pada 2022 kemungkinan besar bukan kebun raya kota seperti KRB.
Sehingga kajian yang dilakukan saat ini diharapkan bisa melihat dampak yang mungkin terjadi pada ekosistem buatan, untuk diterapkan sebagai langkah mitigasi di kebun raya yang akan dibuat.
"Riset ini penting karena harus ada strategi berbasis data ilmiah saat misalnya kita membangun kebun raya untuk eco-region savana yang ada di Observatorium Nasional di Gunung Timau, Kupang. Karena area tersebut adalah ekosistem alam, bukan buatan seperti Bogor," kata Laksana.
"Sehingga kami harus memitigasi berbagai dampak yang mungkin terjadi, sekaligus strategi memastikan flora yang dikonservasi secara ex-situ bisa hidup dan berkembang dengan baik di sana," katanya.
Kajian yang dilakukan oleh BRIN di Kebun Raya Bogor direncanakan berlangsung selama satu tahun untuk melihat hasil kajian yang merepresentasikan semua musim.
[Gambas:Video CNN]