Wulan menyebutkan, kedua jenis kerang ini mengalami stres oksidatif akibat parasetamol dan memicu kerusakan pada kerang. Ia mengutip penelitian yang dilakukan Antunes pada 2013 seperti dikutip dari Springer.
Penelitian itu berjudul, 'Efek Biokimia Acetaminophen pada Spesies Air: Kerang Venerupis decussata dan Venerupis philippinarum.'
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solé di 2010, efek parasetamol memengaruhi laju tingkat makan spesies kerangM. galloprovincialis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingkat makan sendiri adalah indikator dari keracunan secara umum. Spesies ini diinduksi dengan parasetamol selama sepuluh hari. Hasilnya, terjadi peningkatan laju tingkat makan (keracunan) pada spesies ini mengalami peningkatan.
Penelitian ini berjudul 'Efek pada Laju Makan dan Respons Biomarker Kerang Laut yang Secara Eksperimental Terpapar Propranolol dan Asetaminofen (Paracetamol)', seperti dikutip dari Springer.
Selain itu, Wulan juga menyebutkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Bebianno di 2017 menemukan efek yang terjadi pada Tiram Pasifik setelah terpapar parasetamol.
"Bebianno et al. (2017) melaporkan variasi pada transkripsi gen setelah dipaparkan parasetamol," jelas Wulan.
Sebelumnya, Wulan dan beberapa peneliti lainnya menemukan sejumlah kandungan parasetamol dengan konsentrasi tinggi di dua wilayah perairan Jakarta, yakni Ancol dan Angke.
Dalam penelitian berjudul 'Konsentrasi Tinggi Paracetamol di Wilayah Perairan Teluk Jakarta, Indonesia' didapati kandungan parasetamol sebesar 420 nanogram per liter di Ancol. Di Angke, kandungan paracetamol bahkan mencapai 610 nanogram per liter.
Walaupun parasetamol diketahui memiliki efek buruk pada ikan dan kerang, masih belum diketahui pasti apakah bahaya laut yang tercemar paracetamol juga turut membahayakan manusia.
Menanggapi celah itu, Wulan mengatakan akan sangat menarik jika ada riset lanjutan terkait dampak pencemaran lautan akibat parasetamol terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya.
"Saya tidak dapat berkomentar mengenai dampak terhadap manusia, karena ini bukan bagian riset maupun expertise saya, dan saya tidak memiliki data mengenai hal ini. Tentu saja, akan sangat menarik jika ada yang mempunyai data mengenai hal ini ataupun melakukan riset ini di masa mendatang," tutur Wulan.
(pwn/eks)