Jakarta, CNN Indonesia --
Hasil kajian dari Israel dan Qatar menunjukkan tingkat perlindungan kekebalan tubuh dari dua dosis vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer dan BioNTech, dilaporkan menurun setelah dua bulan atau lebih penyuntikan.
Akan tetapi, menurut kajian itu perlindungan gejala dari infeksi Covid-19 dari vaksin Pfizer masih tetap tinggi. Di sisi lain, hasil kajian itu memperlihatkan setiap orang harus tetap bersikap waspada buat mencegah terinfeksi Covid-19.
Seperti dilansir CNN, Kamis (7/10), dua hasil kajian itu dipaparkan di Jurnal Kedokteran New England. Menurut hasil kajian di Israel yang meliputi 4.800 tenaga kesehatan memperlihatkan antibodi Covid-19 menurun drastis setelah seseorang selesai disuntik dua dosis vaksin Pfizer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut hasil kajian di Israel, penurunan antibodi Covid-19 usai disuntik dua dosis vaksin Pfizer terbesar dialami oleh laki-laki, orang yang berusia 65 tahun ke atas dan orang-orang dengan penekanan kerja sistem imun (imunosupresi).
"Kami melakukan kajian kohort longitudinal prospektif melibatkan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Sheba, rumah sakit ketiga terbesar di Israel," tulis dokter RS Sheba, dr. Gili Regev-Yochay, dan sejumlah rekannya yang terlibat kajian itu.
Para peneliti mencatat tingkat antibodi penetralisir, yakni garis pertahanan pertama sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, berkorelasi dengan perlindungan terhadap infeksi. Namun, untuk penelitian ini mereka hanya mempelajari tingkat antibodi.
"Dari berbagai kajian terhadap sejumlah vaksin yakni cacar, gondok dan rubella memperlihatkan memang ada penurunan pada antibodi penetralisir setiap tahun antara 5 sampai 10 persen. Kami menemukan penurunan yang sangat besar dan cepat pada tubuh manusia yang merespons vaksin BNT162b2 yang kami amati selama beberapa bulan setelah vaksinasi," tulis Gili dalam laporan hasil kajian itu.
Menurut kajian Gili dan rekan-rekannya, tingkat kekebalan orang yang terinfeksi Covid-19 bertahan lebih lama ketimbang mereka yang divaksinasi. Bahkan tingkat kekebalan orang yang sembuh dari Covid-19 dan kemudian divaksin juga lebih kuat.
"Secara keseluruhan, dari akumulasi bukti-bukti dalam studi kami dan lainnya memperlihatkan reaksi tubuh manusia dalam jangka panjang dan efektivitas vaksin terhadap orang yang pernah terinfeksi lebih kuat daripada mereka yang hanya menerima dua dosis vaksin," lanjut isi kajian Gili.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Sedangkan pada kajian kedua yang dilakukan di Qatar menyoroti tingkat infeksi Covid-19 di tengah antara penduduk yang sudah divaksin. Sebagian besar penduduk Qatar divaksin menggunakan vaksin Pfizer atau BNT162b2.
"Perlindungan dari infeksi setelah penyuntikan BNT162b2 meningkat pesat setelah dosis pertama, dan mencapai puncak pada bulan pertama setelah dosis kedua, lalu menurun bertahap pada bulan selanjutnya. Tingkat penurunan kekebalan menurun dengan cepat pada bulan keempat hingga mencapai sekitar 20 persen pada bulan selanjutnya," demikian isi hasil kajian yang ditulis oleh peneliti Sekolah Kedokteran Weill Cornell-Qatar, Laith Abu-Raddad, bersama sejumlah rekannya.
Akan tetapi, menurut mereka tingkat perlindungan supaya seseorang yang sudah divaksin dengan vaksin Pfizer tidak dirawat atau meninggal akibat Covid-19 tetap mencapai 90 persen. Meski begitu, mereka tetap mencantumkan peringatan supaya orang yang sudah divaksin tetap menjaga perilaku.
"Orang yang sudah divaksin kemungkinan memiliki tingkat kontak sosial uang lebih tinggi ketimbang mereka yang belum divaksin dan juga kemungkinan sedikit melonggarkan protokol kesehatan. Sikap seperti itu bisa menurunkan efektivitas vaksin dalam dunia nyata ketika dibandingkan dengan efektivitas biologis, dan maka dari itu menjelaskan tingkat penurunan perlindungan itu," lanjut isi kajian Laith.
Di sisi lain, kajian Laith dan rekan-rekannya memberi pertanda supaya seluruh negara bersiap dan waspada jika kembali terjadi lonjakan Covid-19.
"Temuan ini menganjurkan supaya para penduduk yang sudah divaksin bisa kehilangan perlindungan dari infeksi dalam beberapa bulan mendatang, dan kemungkinan bisa memicu gelombang baru epidemi," tulis Laith dan rekan-rekannya dalam kajian itu.
Pfizer menyatakan tingkat kekebalan dari dua dosis vaksin buatan mereka mulai berkurang setelah beberapa bulan. Pada September lalu, Pfizer mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) buat memberikan dosis vaksin penguat (booster) atau ketiga setelah seseorang disuntik dua dosis vaksin.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC) menganjurkan booster vaksin itu diberikan kepada para penduduk usia 65 tahun ke atas yang termasuk kelompok rentan dan kalangan tenaga kesehatan serta seluruh narapidana.
Pemerintah Israel kini menerapkan kebijakan buat menyuntikkan booster vaksin kepada seluruh penduduknya sehingga bisa dianggap selesai melakukan vaksinasi Covid-19.
Sedangkan di AS baru sekitar enam juta penduduk yang menerima dosis ketiga vaksin.
[Gambas:Video CNN]