Ahli sebut suntikan ideal vaksin Covid-19 Sinovac dilakukan dengan tiga kali suntikan.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad yang juga Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad, Kusnandi Rusmil, mengatakan hal tersebut berkenaan dengan efikasi vaksin Sinovac yang turun ke angka 50 persen setelah enam bulan pascasuntikan kedua.
"Jadi sebenarnya serial pemberian imun itu harus tiga kali. Itu sudah saya laporkan hasil penelitian itu, tapi oleh karena kita ini sedang pandemi, WHO dan badan POM minta walaupun baru dua kali itu sudah cukup dulu sementara waktu," kata Kusnandi saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com, Jumat (8/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kusnandi mengatakan bahwa penelitian terkait efikasi vaksin Sinovac yang diberikan kepada lansia dan pada petugas kesehatan belum sepenuhnya selesai sehingga suntikan baru bisa diberikan dua kali.
Lebih lanjut, Kusnandi menyebut bahwa suntikan booster bisa dilakukan dengan jenis vaksin yang berbeda. Bahkan menurut hasil penelitian terakhir, suntikan booster dengan jenis vaksin yang berbeda dengan suntikan pertama dan kedua itu lebih bagus.
"Dua yang pertama itu vaksin Sinovac atau vaksin yang sama, kemudian yang ketiga pakai vaksin yang lain, nah itu hasilnya lebih bagus, sudah ada penelitiannya," kata Kusnandi.
"Apakah dicampurnya dengan Astrazeneca, Moderna, atau yang lainnya. Itu juga hasilnya bagus, mau dengan vaksin apapun suntikan ketiga bagus hasilnya," imbuhnya.
Meski demikian, menurut Kusnandi saat ini yang harus diprioritaskan untuk mendapat suntikan booster adalah tenaga kesehatan, petugas yang melayani masyarakat dan anak-anak usia 12 sampai 17 tahun.
Kusnandi menilai petugas kesehatan perlu diprioritaskan karena mereka bertugas melayani orang sakit dan agar mereka lebih kebal terhadap virus.
"Karena dokter yang meninggal gara-gara menangani penyakit Covid itu sudah di atas 600, belum lagi tenaga kesehatan lainnya. Sehingga yang ditargetkan oleh pemerintah adalah petugas kesehatan dulu," katanya.
Sebelumnya, efikasi vaksin Sinovac turun menjadi 50 persen setelah enam bulan dari suntikan kedua.
Kusnandi mengatakan bahwa pada uji klinis yang pihaknya lakukan di Bandung, efikasi vaksin Sinovac setelah suntikan kedua adalah 65,3 persen.
"Terus setelah enam bulan, dilihat lagi, kadar zat antinya itu menurun menjadi sekitar 50 persen dari yang sebelumnya," kata Kusnandi.
Kusnandi juga menyebut bahwa penelitian yang pihaknya lakukan baru selesai pada Agustus kemarin, dan efikasi vaksin Sinovac yang turun menjadi 50 persen ini masih aman untuk antibodi dari virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerapkan standar efektifitas vaksin adalah 50 persen pada tiga bulan pertama setelah suntikan kedua. WHO pun telah mengeluarkan emergency use listingnya untuk penggunaan vaksin Sinovac. Hal tersebut juga diikuti oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI yang menerbitkan emergency use authorization (EUA) untuk vaksin tersebut.
"Sehingga ini bisa dipergunakan untuk mencegah penyakit di Indonesia," kata Kusnandi.
(mrh/eks)