Isu kelangkaan chip skala global memberi dampak buruk bagi sejumlah sektor industri, mulai dari sejumlah pabrik mobil yang terpaksa tutup hingga kenaikan harga ponsel.
Chip yang dibuat dari bahan semikonduktor merupakan komponen yang dibutuhkan untuk melakukan komputasi pada sejumlah perangkat elektronik seperti ponsel, mobil, konsol gim, dll.
Kelangkaan dimulai saat pembelian laptop, konsol gim, dan produk elektronik lainnya mencuat didorong gaya hidup baru masyarakat yang butuh perangkat hiburan saat menghabiskan waktu lebih banyak di rumah karena isolasi pandemi. Pergerakan pembelian ini lantas membuat chip untuk industri otomotif menjadi langka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Reuters, kelangkaan chip ini diperparah sanksi Amerika Serikat kepada perusahaan teknologi China. Kelangkaan ini awalnya terkonsentrasi di industri otomotif, namun belakangan menyebar ke berbagai produsen, termasuk ponsel, lemari es, dan microwave.
Kelangkaan membuat banyak produsen panik dan melakukan pembelian besar untuk stok. Kekurangan ini lantas menekan kapasitas produksi dan menaikkan biaya bahkan membuat komponen chip termurah menjadi mahal, dan akhirnya bikin harga produk akhir makin tinggi.
Hal tersebut baru-baru ini terjadi di Indonesia. Produsen ponsel asal China, Xiaomi, mengumumkan kenaikan harga jual pada sejumlah ponsel milik mereka. Kenaikan ini disebabkan suplai komponen untuk perangkat yang mereka produksi terganggu.
"Jadi seperti yang mungkin kalian sudah tahu, kondisi industri smartphone dunia saat ini tengah dihadapkan oleh kelangkaan komponen yang mengakibatkan kenaikan harga. Hal ini mengakibatkan beberapa produk kami juga terkena dampak tersebut."
"Maka dari itu, dengan berat hati, kami harus melakukan penyesuaian harga sebesar Rp100 ribu kepada empat produk kami," tulis Xiaomi melalui pernyataan resminya.
Senior Market Analyst IDC Indonesia, Stallone Hangewa, mengatakan, kenaikan harga pasti terjadi karena permintaan lebih besar dari suplai, sebagaimana hukum ekonomi.
Kemudian Stallone juga mengatakan kelangkaan chip telah memberi dampak lain, yakni pada penurunan jumlah PC yang dikirim ke Indonesia. Menurutnya hal ini disebabkan produsen lebih memilih melakukan pengiriman ke wilayah pasar dengan Average Selling Price (ASP) lebih tinggi.
"Di tahun 2020, dikarenakan isu kelangkaan komponen, termasuk chip, shipment untuk PC menurun sebesar 28,3 persen jika dibandingkan 2019," ujar Stallone kepada CNNindonesia.com, Kamis (14/10).
"PC vendor juga memprioritaskan pasar dengan ASP yang tinggi untuk memaksimalkan profit dan ini berdampak sangat signifikan untuk pasar Indonesia dikarenakan pasar Indonesia adalah pasar yang memiliki ASP yang rendah," tambahnya.
Selain PC, angka pengapalan ke Indonesia juga menurun pada produk ponsel pintar.
"Wave ke-2 dari Covid menyebabkan beberapa negara untuk kembali melakukan lockdown pada quarter ke-2 berlanjut ke Q3 dari tahun 2021, menyebabkan hambatan mobilitas dan tekanan berkepanjangan pada chip shortage dunia. Hal ini turut menjadi salah satu penyebab dari penurunan angka shipment perangkat smartphone di Indonesia untuk short term," kata Associate Market Analyst IDC Indonesia, Vanessa Aurelia kepada CNNindonesia.com, Kamis (14/10).
Kemudian menurut Vanessa, kenaikan harga pada sejumlah produk ponsel pintar akan sangat bergantung pada kapabilitas perusahaan menyerap kenaikan harga komponen yang saat ini terjadi. Jika margin produk tersebut rendah, akan lebih sulit untuk tidak menaikkan harga ponsel tersebut.
Lebih lanjut, dampak kelangkaan chip di dunia bahkan menyebabkan sejumlah pabrikan otomotif menutup pabriknya dan menghentikan produksi.
Tercatat pada Mei dan Juni lalu, pabrikan otomotif Nissan dan Honda Motor menghentikan produksi di sejumlah pabriknya sebagai langkah penyesuaian untuk mengatasi kekurangan suplai chip yang sedang terjadi.
Hingga saat ini belum ada kepastian sampai kapan kelangkaan chip yang terjadi secara global ini akan berlangsung.
(lnn/fea)