Kolektor barang kuno mengaku berhasil mengumpulkan harta karun berupa temuan berbagai benda bersejarah dari Sungai Musi peninggalan Kerajaan Sriwijaya dengan nilai total hingga miliaran rupiah.
Pencarian harta karun atau benda kuno peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sungai Musi memang menjadi profesi tersendiri yang dilakukan oleh warga hingga saat ini.
Kegiatan ini telah dilakukan jauh sebelum peneliti Inggris mengungkap adanya temuan benda bersejarah yang diduga peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya di sungai Musi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asmadi (26) merupakan salah satu kolektor dan mantan penyelam warga Pulau Kemaro, Palembang. Pulau Kemaro merupakan sebuah delta kecil dengan luas 79 hektar yang dikelilingi oleh perairan Sungai Musi, berlokasi 6 kilometer di timur laut dari pusat Kota Palembang. Dia merupakan salah satu penyelam yang telah memiliki koleksi barang antik berharga, yang sebagian besar berbahan emas dan perunggu.
Barang-barang yang ditemukan Asmadi selama masa aktifnya menyelam pada 2018-2019 berupa koin-koin kuno asal China pada masa Dinasti Song hingga Yuan, keramik, manik-manik emas, cincin emas, gelang, kalung emas, serta arca berbahan perunggu. Hingga akhirnya pada akhir 2019 dirinya memutuskan pensiun sebagai penyelam dan fokus menjadi kolektor barang antik.
Sekitar 70 persen dari total jumlah penduduk Pulau Kemaro, ungkap Asmadi, merupakan penyelam yang menggantungkan ekonomi keluarganya dari hasil mencari barang kuno berharga untuk dijual.
Selain temuannya sendiri, koleksi Asmadi yang disimpan di Musi Treasure Gallery, galeri barang antik miliknya sendiri, merupakan hasil membeli dari penyelam Sungai Musi lainnya.
Bila ditotal, koleksi benda kuno berbahan perunggu dan emas milik Asmadi bisa mencapai miliaran rupiah, belum termasuk nilai bersejarah dan kelangkaannya yang tidak bisa dinilai oleh rupiah.
Beberapa koleksi Asmadi diantaranya arca perunggu Bodhisattva yang duduk di atas singgasana, Avalokitesvara bertangan empat namun patah setengah badan, serta Buddha Maitreya. Cincin koleksinya pun cukup banyak. Beberapa diantaranya memiliki simbol agama Buddha dan bermata permata. Mata permata batu carnelian berwarna kecoklatan, batu kinyang, safir, rubi, dan zamrud.
Awal mula maraknya aktivitas penyelam Sungai Musi tidak terlepas dari tahun 1990-an, warga mencari balok kayu dan besi bekas di dasar sungai yang terjatuh dari kapal pengangkut barang. Sejak dahulu pun barang-barang kuno sudah mulai ditemukan. Warga zaman dulu tidak mengetahui nilainya sehingga tidak banyak dikoleksi atau dijual kembali.
Namun sejak balok kayu dan besi bekas semakin sulit didapatkan, warga pun mulai mengetahui bahwa barang kuno tersebut bisa dijual mahal, ditambah semakin banyak orang yang ingin membeli barang tersebut, lama kelamaan fokus penyelaman mereka berganti menjadi pemburu harta karun.