Sebagian peneliti percaya bahwa era pesawat jet hipersonik semakin dekat. Indiatimes menyebut sedikitnya ada enam hal yang membuat jenis pesawat ini semakin mendapatkan perhatian dan permintaan dari masyarakat.
Di seluruh dunia, teknologi penerbangan hipersonik sedang dikembangkan dan diuji, kecepatan waktu tempuh perjalanan menjadi hal yang paling ditunggu. Tak heran jika Rolls-Royce dan Reaction Engines Ltd telah bekerja sama untuk menjajaki peluang penerbangan hipersonik dan supersonik di mana Menurut laporan, Rolls Royce akan menginvestasikan US$24 juta atau Rp340 miliar untuk proyek ini.
Pengembangan teknologi mesin baru juga menjadi salah satu yang mendorong beberapa perusahaan bekerja sama karena penerbangan komersial menggunakan pesawat hipersonik bakal menjadi moda penerbangan di masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan yang ingin berinovasi dengan pesawat supersonik maupun hipersonik ingin mengeksplorasi penggunaan teknologi Mesin Reaksi dalam turbin gas kedirgantaraan mereka dan aplikasi potensialnya dalam sistem propulsi listrik hibrida, karena mereka ingin membuat terbang semakin efisien dan berkelanjutan.
Beberapa permasalahan belum mendapatkan penanganan dari Hermeus saat ini. Termasuk menentukan jenis bahan bakar berkelanjutan yang akan digunakan nantinya karena konsumsinya akan jauh lebih tinggi daripada jet yang ada saat ini, serta pesawat hipersonik yang dibuat Hermeus harus tahan terhadap suhu ekstrem.
Kecepatan Concorde, yang bergerak kurang dari setengah kecepatan Hermeus yang diproyeksikan, dibatasi secara tepat oleh suhu, dengan jendela dan permukaan internal lainnya menjadi hangat saat disentuh pada akhir penerbangan.
Di sisi lain, SR-71 Blackbird, harus terbuat dari titanium, logam langka yang dapat menahan panas ekstrem, dan kaca kokpit harus terbuat dari kuarsa, dengan suhu luarnya mencapai 600 F selama misi perjalanan berlangsung.
Menanggapi skeptisisme atas peluang sukses Hermeus dan kebutuhan dana yang berpotensi sangat besar, Piplica memberikan analogi dengan SpaceX milik Elon Musk yang menjadi insipirasinya.
"Saya pikir orang-orang menanyakan pertanyaan yang sama tentang industri luar angkasa baru di masa-masa awal SpaceX. Orang-orang melihat ke orbit dan berkata, ini seharusnya menghabiskan satu miliar dolar, tetapi SpaceX melakukannya seharga 90 juta dolar, dengan Falcon 1," kata Piplica.
Untuk proyek ini, Hermeus berencana untuk mendanainya sendiri dengan mengembangkan berbagai pesawat dalam perjalanan menuju pesawat penumpangnya yang serupa dengan pengembangan roket Falcon 1, Dragon, Falcon Heavy dan Starship milik SpaceX, yang pada akhirnya melayani visi penerbangan luar angkasa antarplanet sambil juga menghasilkan pendapatan dengan bekerja sama dengan NASA dan mitra komersial.
"Benar-benar tidak ada yang seperti Hermeus, meskipun banyak proyek serupa telah datang dan pergi di masa lalu," kata Richard Aboulafia, seorang analis penerbangan di Teal Group.
Lebih lanjut, Aboulafia menyebut proyek pesawat hipersonik Hermeus tidak akan pernah berhasil. Bahkan menurutnya persentase berhasil hanya 1 persen itu pun jika Hermeus secara ajaib dapat membuat transportasi hipersonik di akhir tahun 2030-an yang harga tiketnya berada di kisaran kelas bisnis.
(ttf/eks)