Jakarta, CNN Indonesia --
Badan penerbangan dan antariksa NASA mengakui jika misi Artemis 2 yang sebelumnya dijadwalkan pada 2024 sulit tercapai.
Amerika Serikat di era kepemimpinan Donald Trump menargetkan untuk menjalankan Artemis 2, misi pesawat berawak pertama yang melakukan pendaratan di Bulan pada 2024 mendatang.
Sementara itu, misi tanpa awak pertama Artemis 1 dijadwalkan Februari 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sempat menyebut bahwa hal itu masih bisa terjadi, namun NASA akhirnya mengakui bahwa tujuan Artemis 2 di 2024 tidak mungkin tercapai.
"Tidak lebih awal dari tahun 2025," kata Bill Nelson, Kepala NASA kepada wartawan dilansir Phys.
Dalam perjalanannya, program Artemis 2 menghadapi banyak kendala penundan dan pengembangan. Mulai dari pengembangan kendaraan hingga pakaian luar angkasa yang dibutuhkan.
"Kami kehilangan hampir tujuh bulan dalam litigasi dan itu kemungkinan telah mendorong pendaratan manusia pertama kemungkinan tidak lebih awal dari tahun 2025. Kabar baiknya adalah NASA membuat kemajuan yang solid," ucap Nelson.
Secara terpisah, SpaceX perlu melakukan pendaratan tanpa awak untuk menguji versi bulan dari roket Starship-nya sebelum kendaraan yang sama digunakan untuk pendaratan berawak.
Nelson mengungkapkan NASA berkomitmen untuk menggelontorkan biaya pengembangan untuk Orion sebesar $9,3 miliar atau Rp132 triliun yang mencakup periode antara 2012 sampai 2024. Nilai itu naik dari perkiraan sebelumnya sebesar $6,7 miliar atau sekitar Rp95 triliun.
Lanjut ke halaman berikutnya..
Bersaing dengan China
Nelson memperingatkan bahwa akan butuh lebih banyak dana yang diperlukan dari Kongres untuk memenuhi jadwal baru.
"Program luar angkasa China semakin mampu mendaratkan taikonaut (astronaut) China jauh lebih awal dari yang diperkirakan semula. Kami menghadapi program luar angkasa China yang sangat agresif dan bagus," ucap Nelson.
"Ini adalah posisi NASA, dan saya percaya pemerintah Amerika Serikat, bahwa kami ingin berada di sana pertama kali kembali ke Bulan setelah setengah abad," tegasnya.
China sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia, telah memasukkan miliaran dolar ke dalam program luar angkasa yang dijalankan militernya.
Negara tersebut menargetkan untuk bisa memiliki stasiun luar angkasa berawak permanen pada 2022.
Tak hanya itu, China juga telah mengirimkan penjelajah ke bulan, termasuk satu lainnya ke sisi yang lebih jauh yang bertujuan untuk misi perjalanan ke bulan pertama pada 2029.
Manusia terakhir mendarat di Bulan terjadi pada tahun 1972 dalam misi Apollo 17 Amerika.
NASA mengatakan program Artemis akan mencakup wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama yang menginjakkan kaki di permukaan satelit alami Bumi.
Badan tersebut ingin membangun habitat berkelanjutan di Bulan dan menggunakan pelajaran dari ekspedisi panjang di sana untuk mengembangkan misi berawak ke Mars pada sekitar tahun 2030-an.
Dampak Pandemi Covid-19
Sementara itu diansir The Verge, perubahan jadwal misi Artemis 2 disebut NASA juga akibat dampak dari pandemi Covid-19 dan beberapa program nasa yang akhirnya mengalami perubahan.
Artemis mengandalkan rangkaian kendaraan yang rumit, termasuk Sistem Peluncuran Luar Angkasa, atau SLS, roket besar baru yang telah dikembangkan NASA selama dekade terakhir yang dirancang untuk mengirim orang ke luar angkasa dan dekat Bulan di dalam kapsul kru baru yang disebut Orion.
Pada bulan April, NASA juga memberikan kontrak $ 2,9 miliar atau Rp41,4 triliun kepada SpaceX untuk mengembangkan Starship milik perusahaan tersebut supaya bisa mendaratkan manusia dengan nyaman di permukaan Bulan.
The Verge menyebut masih banyak teknologi yang perlu diciptakan NASA untuk mewujudkan pendaratan di Bulan bisa terjadi. Khususnya pakaian luar angkasa baru yang akan dikenakan para astronot di pesawat dan saat berada di permukaan bulan.