Menjawab Teka-Teki Akankah Manusia Punah Akibat Perubahan Iklim

CNN Indonesia
Sabtu, 27 Nov 2021 11:25 WIB
Meski belum ada klaim pasti, namun sejumlah ahli dapat memperkirakan skenario terburuk dari perubahan iklim yang tak terkendali.
Ilustrasi. Meski belum ada klaim pasti, namun sejumlah ahli dapat memperkirakan skenario terburuk dari perubahan iklim yang tak terkendali. Foto: REUTERS/ARTUR GAJDA

Potensi besar iklim jadi sebab kepunahan

Luke Kemp mengungkapan kepunahan dan bencana terjadi akibat banyak faktor. Namun, ia berpikir perubahan iklim menjadi penyebab utama kepunahan manusia.

Menurut Kemp, semua peristiwa kepunahan massal besar dalam sejarah Bumi telah melibatkan perubahan iklim.

Peristiwa ini termasuk pendinginan selama kepunahan Ordovisium-Silur sekitar 440 juta tahun lalu yang memusnahkan 85 persen spesies dan pemanasan selama kepunahan Trias-Jurassic sekitar 200 juta tahun lalu yang membunuh 80 persen spesies.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut saya, penyumbang terbesar potensi kepunahan manusia di masa depan adalah perubahan iklim. Tidak diragukan lagi," ucap Kemp.

"Sementara Homo Sapiens jelas tidak punah. Kami memiliki rekam jejak spesies hominid lain yang punah, seperti Neanderthal. Untuk kasus ini, sekali lagi, perubahan iklim ikut memainkan perannya," imbuhnya.

Para ilmuwan tidak tahu mengapa Neanderthal punah sekitar 40.000 tahun yang lalu. Tetapi fluktuasi iklim disebut telah memecah populasi mereka menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan terfragmentasi.

Menurut Natural Museum Sejarah London, perubahan suhu yang parah mempengaruhi tanaman dan hewan yang biasanya menjadi andalan mereka untuk makanan. Hilangnya makanan yang didorong oleh perubahan iklim, mungkin juga menyebabkan penurunan kecil dalam tingkat kesuburan Neanderthal yang akhirnya berkontribusi pada kepunahan mereka.

Perubahan iklim juga berperan dalam runtuhnya peradaban manusia di masa lalu. Misalnya kekeringan selama 300 tahun yang disebut berkontribusi pada runtuhnya Yunani Kuno sekitar 3.200 tahun yang lalu.

Tapi Neanderthal menghilang dan peradaban runtuh tidak sama dengan kepunahan manusia. Bagaimanapun, manusia telah selamat dari fluktuasi iklim di masa lalu dan sampai saat ini bisa hidup di seluruh dunia terlepas dari kebangkitan dan kejatuhan banyaknya peradaban.

Bertumpu pada manusia

Kemp menjelaskan bahwa di masa depan kelangkaan sumber daya yang berkurang karena perubahan iklim berpotensi menciptakan kondisi perang yang mengancam umat manusia.

"Ada alasan untuk khawatir bahwa ketika sumber daya air mengering dan kelangkaan menjadi lebih buruk, kondisi umum kehidupan menjadi jauh lebih buruk, lalu tiba-tiba ancaman potensi perang nuklir menjadi jauh lebih tinggi," kata Kemp.

Dengan kata lain, dampak perubahan iklim mungkin tidak secara langsung menyebabkan manusia punah, tetapi dapat menyebabkan peristiwa yang secara serius membahayakan ratusan juta, jika bukan miliaran, kehidupan.

Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances menemukan bahwa konflik nuklir antara India dan Pakistan saja dapat membunuh 50 juta hingga 125 juta orang di kedua negara itu saja.

Perang nuklir juga akan mengubah iklim melalui penurunan suhu saat kota-kota yang terbakar membuat atmosfer penuh dengan asap, mengancam produksi pangan di seluruh dunia dan berpotensi menyebabkan kelaparan massal.

Masih ada harapan

Untuk menghindari kepunahan total akibat perubahan iklim, manusia masih punya harapan. Para ahli mengatakan belum terlambat untuk menghindari skenario terburuk dengan pengurangan signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.

Jika manusia gagal mengurangi emisi karbon secara substansial dalam satu dekade ke depan, mungkin itu akan jadi komitmen untuk memperburuk peristiwa cuaca ekstrem yang sudah berbahaya dan menggenangi garis pantai di seluruh dunia karena mencairnya es dan naiknya permukaan laut.

Akan ada lebih banyak tekanan pada sumber daya yang terbatas sebagai pertumbuhan populasi global bersaing untuk mendapatkan lebih sedikit makanan, air, dan ruang karena dampak perubahan iklim.

"Terserah kita. Jika kita bertindak berani sekarang, kita dapat menghindari dampak terburuk," tegasnya.

The Conversation mengatakan harapan lain untuk manusia bertahan dari kepunahan akibat perubahan iklim adalah dengan mengurangi kadar CO2 atau memompa partikel reflektif ke atmosfer bumi untuk membelokkan sinar matahari. Tetapi jika bencana melanda dan operasi tersebut berhenti, dampak perubahan iklim dapat kembali dengan cepat.

Meskipun bahaya alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi dan angin topan dapat menjadi bencana, mereka menimbulkan ancaman yang relatif kecil bagi kelangsungan hidup umat manusia.

Tabrakan asteroid dan supervolcano memang terjadi, tetapi cukup jarang sehingga kita tidak perlu mengkhawatirkannya. Pandemi lebih buruk seperti flu di tahun 1918 yang membunuh puluhan juta orang di seluruh dunia juga tidak membuat manusia jadi punah.

Mungkin risiko terbesar bagi umat manusia saat ini adalah senjata nuklir. Mesi tidak harus mengakhiri dunia, tapi tetap dianggap mengerikan karena berada di antara satu dari 100 dan satu dalam 1.000 per tahun.

Risiko ini naik atau turun, tergantung pada ketegangan antar negara dan kompetensi orang yang menangani sistem peringatan dini.



(ttf/fjr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER