Mengenal Covid-19 Varian Botswana: Campuran Berbagai Mutasi Corona

CNN Indonesia
Jumat, 26 Nov 2021 09:10 WIB
Ilmuwan memperingatkan muncul Covid-19 varian Botswana yang merupakan campuran berbagai mutasi virus corona.
Ilustrasi. Ilmuwan memperingatkan muncul Covid-19 varian Botswana yang merupakan campuran berbagai mutasi virus corona. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim)

Kasus pertama dari varian dikumpulkan di Botswana pada 11 November, sementara temuan varian ini di Afrika Selatan tercatat ditemukan tiga hari kemudian.

Kasus yang ditemukan di Hong Kong adalah seorang pria berusia 36 tahun yang memiliki tes PCR negatif sebelum terbang dari Hong Kong ke Afrika Selatan, di mana ia tinggal dari 22 Oktober hingga 11 November. Ia kemudian dites negatif saat kembali ke Hong Kong, tetapi dites positif pada 13 November saat menjalani karantina.

Sementara itu, Inggris tidak lagi memiliki daftar merah untuk memberlakukan pembatasan pada pelancong yang datang dari luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang belum mendapat vaksin penuh, harus dites negatif sebelum terbang dan mewajibkan dua kali tes PCR pada saat kedatangan. Sedangkan untuk mereka yang sudah divaksinasi lengkap harus menjalani tes Covid dalam waktu dua hari setelah mendarat di Inggris.

Para ilmuwan akan mengamati varian baru untuk mewaspadai tanda-tanda jika ada momentum varian baru tersebut menyebar lebih luas.

Beberapa ahli virologi di Afrika Selatan sudah khawatir, akibat peningkatan kasus baru-baru ini di Gauteng (daerah perkotaan Afsel yang terdiri dari Pretoria dan Johannesburg) di mana kasus B.1.1.529 telah terdeteksi.

Vaksinator NHS memberikan vaksin Moderna Covid-19 kepada seorang wanita di pusat vaksinasi di London. Uji coba dimulai pada suntikan booster Covid yang diharapkan dapat melindungi dari varian baru

Direktur insiden Covid-19 di Badan Keamanan Kesehatan Inggris, Dr Meera Chand mengatakan bahwa badan ilmiah tersebut terus memantau status varian Sars-CoV-2 saat mereka muncul dan berkembang di seluruh dunia.

Terus dipantau ketat

"Karena sifat virus sering bermutasi dan secara acak, tidak jarang sejumlah kecil kasus muncul dengan serangkaian mutasi baru. Setiap varian yang menunjukkan bukti penyebaran dinilai dengan cepat," ucap Chand.

Ravi Gupta, seorang profesor mikrobiologi klinis di Universitas Cambridge, mengatakan penelitian di labnya menemukan bahwa dua mutasi pada B.1.1.529 kurang dikenali oleh antibodi.

"Mutasi ini memang menjadi perhatian. Namun, hal utama yang harus diamatii adalah kemampuan penularan virus. Sebab, inilah yang mendorong (meledaknya) varian Delta. (Kemampuan) menghindari kekebalan hanyalah sebagian gambaran tentang apa yang mungkin terjadi," ujar Gupta.

Prof Francois Balloux, Direktur Institut Genetika UCL menyebut varian dengan mutasi yang sangat tinggi seperti kasus varian Botswana ini mungkin terjadi akibat ledakan tunggal mutasi yang terakumulasi.

Ia memperkirakan ledakan mutasi ini bisa terjadi akibat infeksi kronis Covid-19 pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah, misal ketika pasien HIV/AIDS yang tidak bisa diobati terinfeksi Covid-19.

"Sulit untuk memprediksi seberapa menular varian ini pada tahap ini. Varian ini harus dipantau dan dianalisis dengan cermat, tetapi tidak ada alasan untuk terlalu khawatir kecuali jika frekuensinya mulai meningkat dalam waktu dekat," tutup Balloux seperti dilansir The Guardian.



(ttf/eks)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER