Twitter Akan Larang Kirim Foto dan Video Tanpa 'Consent'

CNN Indonesia
Kamis, 02 Des 2021 03:04 WIB
Twitter terus mencoba komitmen melindungi keamanan data penggunanya. Kali ini mereka mencoba lebih ketat menjaga distribusi foto dan video.
Twitter terus mencoba komitmen melindungi keamanan data penggunanya. Kali ini mereka mencoba lebih ketat menjaga distribusi foto dan video. (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Tak berlaku untuk konten publik figur

Kebijakan tersebut tidak akan berlaku untuk media yang menampilkan figur publik atau individu ketika media dan teks Tweet yang menyertainya dibagikan untuk kepentingan publik atau menambah nilai pada wacana publik.

Perusahaan menambahkan bahwa dalam kasus di mana pemegang akun berbagi media individu untuk membantu seseorang dalam situasi krisis, itu akan mencoba untuk menilai konteks di mana konten dibagikan.

"Dalam kasus seperti itu, kami dapat mengizinkan gambar atau video untuk tetap berada di layanan," ucap Twitter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Misalnya, kami akan mempertimbangkan apakah gambar tersebut tersedia untuk umum dan/atau diliput oleh media arus utama/tradisional (surat kabar, saluran TV, situs berita online), atau jika gambar tertentu dan teks tweet yang menyertainya menambah nilai bagi wacana publik yang dibagikan untuk kepentingan publik, atau relevan dengan komunitas," jelasnya.

Namun, konten yang menampilkan orang-orang atau publik figur tersebut dapat dihapus jika situs menentukan bahwa itu dibagikan untuk melecehkan, mengintimidasi, atau menggunakan rasa takut untuk membungkam mereka.

Untuk melaporkan seseorang karena melanggar kebijakan ini, pengguna Twitter dapat mengklik tiga titik di sudut kanan atas tweet yang melanggar aturan, pilih Laporkan Tweet, klik "Ini kasar atau berbahaya," dan pilih "Termasuk informasi pribadi."

Twitter telah meluncurkan banyak fitur dalam upaya untuk mengurangi konten berbahaya di platformnya.

September lalu, mereka juga meluncurkan fitur yang disebut Mode Keamanan yang memblokir sementara akun tertentu selama tujuh hari jika mereka ditemukan menghina pengguna atau berulang kali mengirim komentar kebencian.

Sebelumnya, Twitter mengatakan sedang melakukan tes yang memungkinkan pengguna di Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia untuk melaporkan tweet yang menyesatkan.

Perluasan kebijakan tersebut dilakukan sehari setelah pendiri dan CEO Twitter Jack Dorsey mengumumkan pengunduran dirinya, Selasa (30/11) WIB. CTO Parag Agrawal akan menggantikan posisi Dorsey sebagai CEO selanjutnya.

(ttf/fjr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER