Ahli ITB Jelaskan Alasan Abu Vulkanik Erupsi Semeru Sangat Pekat

CNN Indonesia
Minggu, 05 Des 2021 13:45 WIB
Ahli vulkanologi dari ITB menyebut abu vulkanik dari erupsi Gunung Semeru tergolong sangat pekat dan berkaitan dengan letusan pada 2020 lalu.
Ahli vulkanologi dari ITB menyampaikan bahwa abu vulkanik dari erupsi Gunung Semeru sangat pekat akibat letusan sebelumnya (AP/)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman menjelaskan alasan abu vulkanik dari erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur sangat pekat. Menurutnya, itu tak lepas dari letusan sebelumnya.

"Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya," tutur Mirzam dikutip dari situs resmi ITB, Minggu (5/12).

Mirzam menyampaikan itu berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama ini. Terakhir Gunung Semeru erupsi pada Desember 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika letusan-letusan sebelumnya terjadi, abu vulkaniknya jatuh menumpuk hanya di sekitar area puncak gunung semeru. Ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 2021.

Mirzam mengindikasikan abu vulkanik dari Gunung Semeru kali ini cenderung berat yang ditandai dengan warna abu-abu pekat. Hal tersebut terlihat dari penampakan di puncak Gunung Semeru.

Mirzam lalu menjelaskan dua bahaya dari gunung api secara umum. Bahaya primer berkaitan dengan saat gunung meletus dan bahaya sekunder setelah gunung api tersebut meletus.

Bahaya primer dari letusan ialah aliran lava, wedus gembel, dan abu vulkanik. Sementara bahaya sekunder salah satunya terjadinya banjir bandang atau pun lahar.

"Dua-duanya sama-sama berbahaya," kata dia.

Penyebab Erupsi

Mirzam menjelaskan tiga hal yang menyebabkan sebuah gunung api bisa meletus atau erupsi. Pertama karena volume di dapur magmanya sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.

"Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru. Jadi, ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban," ungkapnya.

"Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi," sambungnya.

Meskipun isi dapur magmanya sedikit dan aktivitas kegempaan yang minim, Semeru tetap bisa mengalami erupsi. Seperti yang terjadi beberapa hari lalu.

Menurut Mirzam, saat Semeru erupsi, warga cenderung tidak merasakan adanya gempa, namun tetap terekam oleh seismograf. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.

Mengutip dari Magma Indonesia, visual letusan tidak teramati. Akan tetapi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik.

(hyg/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER