Manusia 'Tiba' di Matahari, Momen Penting Penelitian Antariksa

CNN Indonesia
Sabtu, 18 Des 2021 14:50 WIB
NASA sudah mampu 'tiba' di matahari. Hal tersebut kemudian menjanjikan sejumlah perkembangan siginifkan pada penelitian.
NASA sudah mampu 'tiba' di matahari. Hal tersebut kemudian menjanjikan sejumlah perkembangan siginifkan pada penelitian. (Foto: NASA)

PLT Kepala Pusat Riset Antariksa Emanuel Sungging Mumpuni menyebut apa yang dilakukan NASA ini adalah sebuah penelitian penting, seraya mengaitkannya dengan misi pendaratan di Bulan.
 
"Penting sekali, karena untuk pertama kalinya, manusia dapat melihat sampai ke wilayah yang sangat dekat dengan permukaan Matahari, ini bisa diibaratkan ketika pertama kali bisa mendarat di Bulan, maka ini seolah ketika manusia bisa mendarat di Matahari," katanya  kepada CNNindonesia.com melalui pesan teks, Kamis (16/12).
 
Misi mendekati Matahari dilakukan salah satunya untuk memahami tentang angin surya yang dapat memberi dampak pada kondisi ruang angkasa.
 
Angin matahari yang kuat terbuat dari plasma dan partikel berenergi tinggi yang tumbuh di korona, tetapi sebagian besar ditahan oleh medan magnet Matahari, yang juga menahan semburan plasma yang menyembur dari permukaan Matahari.


 
Ketika angin Matahari melebihi kecepatan tertentu dan meluas melewati atmosfer Matahari, ada sebuah lokasi yang dikenal sebagai titik Alfvén yang dapat melepaskan diri dari penahan medan magnet. Namun, para ilmuwan tidak tahu persis di mana titik itu berada.
 
Parker Solar Probe disebut telah menjawab pertanyaan itu. Perkiraan sebelumnya berdasarkan gambar jarak jauh korona memperkirakan bahwa titik Alfvén akan ditemukan sekitar 4,3 juta hingga 8,6 juta mil (6,9 juta hingga 13,8 juta kilometer) dari permukaan Matahari.
 
Namun pada 28 April Parker mendeteksi titik Alfvén berada pada jarak sekitar 8,1 juta mil (13 juta kilometer) di atas Matahari.
 
Emanuel menyebut penelitian tentang angin surya ini dapat memberi informasi lebih detail tentang wilayah tersebut, karena sebelumnya penelitian tentang ini hanya sebatas model teoritis dan gambaran jarak jauh.


 
"Sehingga apabila kita bisa masuk ke wilayah tersebut, bisa memperoleh informasi lebih detil tentang kondisi apa yang terjadi di wilayah tersebut," katanya.
 
"Komponen material apa saja yang ada di sana, mekanismenya bagaimana, sehingga bisa menyebabkan terjadinya angin surya," imbuhnya.
 
Kemudian penemuan tersebut nantinya dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, salah satunya penguatan satelit. Pasalnya satelit yang berada di angkasa luar sangat bergantung pada kondisi angkasa luar, seperti terpaan angin surya.
 
"Teknologi modern kita itu , seperti satelit, sangat bergantung kondisi di luar angkasa, termasuk pengaruh angin surya, kl kondisi lagi ekstrim, itu bisa menyebabkan gangguan pada satelit," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(lnn/fjr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER