BMKG Ungkap Hasil Analisis Rentetan Gempa Halmahera Utara
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap hasil analisis penyebab dua gempa yang terjadi di Halmahera Utara pada Senin (10/1). Kedua gempa itu berkekuatan Magnitudo 5,5 dan 5,2.
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, gempa terkuat pagi ini dimutakhirkan menjadi M 5,4 pada pukul 4.59 WIB, dan M 5,2 pada pukul 4.27 WIB. Gempa paling kuat yaitu M 5,4 terjadi pada kedalaman 10 kilometer.
"Gempa paling kuat yang terjadi pagi ini memiliki magnitudo 5,4 dengan episenter terletak pada koordinat 1,52 derajat LU - 127,86 derajat BT tepatnya di darat dengan kedalaman 10 kilometer," ujar Daryono lewat pesan teks, Senin (10/1).
Lihat Juga : |
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, dugaan sementara Daryono gempa Halmahera Utara Magnitudo 5,4 merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif, dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip fault).
Dia menjelaskan dampak guncangan gempa ini dirasakan kuat di Kao, Tobelo Barat dan Tobelo dalam skala intensitas IV MMI. Sedangkan di Sofifi dan Galela dalam skala intensitas III-IV MMI, dan di Ternate, Wasile dan Halmahera dalam skala intensitas Timur III MMI.
Untuk diketahui skala MMI adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi, dengan rentang paling lemah (I) hingga paling kuat (XII).
Lebih lanjut Daryono menjelaskan rentetan gempa yang terjadi menyebabkan terjadinya kerusakan pada beberapa bangunan rumah warga di Desa Soamaetek, Kecamatan Kao Barat, Halmahera utara.
Di samping itu Daryono juga melaporkan hasil monitoring BMKG sejak 8 Januari 2022 hingga 10 Januari pukul 07.45 WIB. Menurutnya jumlah aktivitas gempa Halmahera Utara sudah terjadi lebih dari 61 kali, dengan magnitudo terbesar 5,4.
"Jika melihat pola aktivitasnya, gempa Halmahera Utara ini dapat mengarah kepada aktivitas swarm," tutur Daryono.
Kemudian Daryono mengimbau masyarakat tetap tenang dan tak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masyarakat juga diimbau tidak menempati bangunan yang sudah rusak atau rusak sebagian diakibatkan gempa, karena jika terjadi gempa susulan signifikan dikhawatirkan rumah tersebut roboh.
Lebih lanjut disarankan memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal penduduk kuat dan tidak mengalami kerusakan sebelum masuk ke dalam rumah.
Menurut Daryono wilayah Halmahera Utara merupakan daerah rawan gempa. Catatan sejarah gempa kuat yang pernah terjadi di wilayah terdekat pusat gempa ini adalah peristiwa gempa merusak pada 14 Oktober 1944.
Gempa tersebut mengguncang wilayah Halmahera Utara dengan magnitudo 6,6, pada kedalaman 15 kilometer. Gempa kerak dangkal ini memicu kerusakan hingga skala intensitas VII MMI.
(can/fea)