Alasan Sinyal 5G Sampai Batalkan Ratusan Penerbangan di AS

CNN Indonesia
Kamis, 20 Jan 2022 08:32 WIB
Peluncuran sinyal 5G di Amerika Serikat mengganggu ratusan penerbangan pesawat. (Thinkstock/Ingram Publishing)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ratusan penerbangan pesawat di sebagian wilayah Amerika Serikat (AS) dihentikan akibat pengaruh gelombang radio layanan jaringan 5G yang dirilis pada Rabu (19/1).

Penerbangan internasional yang sangat mengandalkan Boeing 777 dan pesawat buatan Boeing lainnya telah dibatalkan atau diganti pesawat jenis lain atas perintah Federal Aviation Administration (FAA) dan peringatan dari Boeing.

AP News pada Kamis (20/1) menjelaskan lebih dari 250 penerbangan dibatalkan pada Rabu atau sekitar 3 persen dari seluruh jadwal penerbangan di AS.

Saat ini hampir 40 persen armada maskapai penerbangan di AS belum mendapatkan izin FAA untuk mendarat di dekat sinyal 5G. Boeing 777 dikatakan FAA bukan satu-satunya jenis pesawat yang bermasalah atas hal ini dan tidak semua 777 terpengaruh masalah ini.

Penyedia layanan 5G di AS, AT&T dan Verizon, menggunakan segmen spektrum gelombang radio yang dekat area fungsi altimeter, perangkat pengukur ketinggian pesawat dari daratan yang membantu pilot saat visibilitas rendah.

Komisi Komunikasi Federal AS yang mengatur buffer antara frekuensi 5G dan altimeter mengatakan tidak ada risiko bagi penerbangan. Namun FAA melihat potensi gangguan hingga membuat AT&T dan Verizon setuju menunda mengaktifkan menara 5G di dekat 80 bandara sambil menunggu FAA memutuskan pesawat mana saja yang aman terbang dekat jaringan 5G dan yang mana butuh altimeter baru.

FAA bilang ada beberapa alasan mengapa peluncuran 5G lebih bermasalah buat penerbangan di AS dibanding negara lain. Menara sinyal seluler di AS dikatakan menggunakan kekuatan sinyal lebih kuat dibanding negara lain, operasi jaringan 5G berdekatan dengan frekuensi altimeter, dan antena menara seluler mengarah ke sudut yang lebih tinggi.

Sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sudah angkat bicara terkait gangguan sinyal 5G pada operasional pesawat.

Menteri Kemenkominfo, Johnny G Plate, menjelaskan, pengoperasian 5G di AS berhenti sementara di beberapa wilayah, karena frekuensi 5G dikhawatirkan mengganggu altimeter pesawat.

Perangkat altimeter dijelasakan merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengetahui ketinggian pesawat dari tanah atau ketinggian pesawat terhadap permukaan air laut.

Menurut Johnny, frekuensi 5G di AS dapat menggangu keselamatan penerbangan.

"Informasi yang dimanfaatkan dari radio altimeter sangat penting dalam mendukung operasi penerbangan terkait keselamatan penerbangan dan fungsi navigasi di pesawat udara," ujar Johnny secara virtual, Rabu (19/1).

Meski 5G berbahaya bagi keselamatan penerbangan, Johnny menampik hal seperti itu berlaku di Indonesia. Menurutnya layanan 5G di Indonesia menggunakan frekuensi radio dengan ketinggian yang berbeda dengan AS.

Ia membandingkan kondisi pengaturan frekuensi 5G di AS dengan di Indonesia. Kata dia 5G di AS menggunakan pita frekuensi 3,7-3,9 GHz, sedangkan di Indonesia 3,4-3,6 GHz.

Sementara untuk pengoperasian altimeter menggunakan frekuensi pada rentang 4,2-4,4 GHz. Kemenkominfo mengklaim pengaturan frekuensi 5G di Indonesia relatif aman.

"Hal ini disebabkan tersedianya guard band sebesar 600 MHz yang membentang dari frekuensi 3,6 GHz sampai 4,2 GHz guna membentengi radio altimeter dari sinyal 5G," kata Johnny.

Ia menyebut guard band itu hampir 3 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan yang disediakan di AS.

Pihaknya akan tetap menggunakan pita frekuensi 3,7-4,2 GHz untuk keperluan komunikasi satelit, bukan untuk layanan 5G.

(can/fea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK