Teori Big Bang: Penciptaan Alam Semesta Dimulai dari Singularitas
Teori Big Bang adalah terkaan penciptaan alam semesta yang paling diyakini para ilmuwan saat ini. Ledakan besar yang terjadi pada 13,7 miliar tahun lalu itu dipercaya merupakan awal perjalanan seisi alam semesta.
Teori Big bang menggambarkan penciptaan alam semesta sebagai sebuah ekspansi materi yang kemudian meledak seperti balon raksasa yang terus diisi udara. Sisa ledakan tersebut kemudian masing-masing menjadi bibit terbentuknya galaksi, sistem tata surya, dan berbagai objek pengisinya.
Para kosmolog dan ahli fisika menyebut alam semesta saat ini masih terus meluas sebagai efek dari ledakan Big Bang. Bahkan kecepatan perluasannya diyakini terus bertambah.
Para ilmuwan juga telah menemukan jejak termal yang diprediksi dari Big Bang, radiasi gelombang mikro kosmik yang menyelimuti alam semesta. Dalam jejak termal tersebut tidak ditemukan objek yang lebih tua dari 13,7 miliar tahun, ini menunjukkan bahwa alam semesta lahir pada sekitar waktu itu (saat fenomena Big Bang).
"Semua hal ini menempatkan Big Bang di atas fondasi yang sangat kokoh," kata Alex Filippenko, astrofisikawan dari University of California, Berkeley.
"Big Bang adalah teori yang sangat sukses," imbuhnya.
Teori Big Bang tradisional menyatakan bahwa alam semesta dimulai dari singularitas, atau titik kepadatan dan suhu tak terbatas yang sifatnya sulit dipahami pikiran manusia.
Namun teori tersebut tidak secara akurat menggambarkan sesuatu yang jelas, karena ide singularitas didasari teori relativitas umum Einstein.
"Masalahnya adalah, tidak ada alasan apa pun untuk mempercayai relativitas umum dalam masa itu," kata Sean Carroll, fisikawan teoretis di Caltech.
"Itu akan salah, karena tidak memperhitungkan mekanika kuantum. Dan mekanika kuantum pasti akan menjadi penting begitu Anda mencapai tempat itu dalam sejarah alam semesta," imbuhnya.
Masa-masa awal alam semesta masih cukup buram, namun para ilmuwan mencoba menelisik masa di sekitar 10 hingga minus 36 detik setelah Big Bang.
Pada periode tersebut, para ilmuwan yakin alam semesta mengalami inflasi atau perluasan yang sangat singkat dan membentuk ukuran signifikan. Alam semesta disebut mengembang lebih cepat dari kecepatan cahaya dan berlipat ganda dalam ukuran mungkin 100 kali atau lebih, dalam rentang kurang dari satu detik.
"Inflasi adalah 'ledakan' Big Bang," kata Filippenko, seperti dikutip dari Space.
"Sebelum inflasi, hanya ada sedikit hal, sangat mungkin, berkembang sedikit. Membutuhkan sesuatu seperti inflasi untuk membuat alam semesta besar," tambahnya.
Menurut teori, alam semesta yang berkembang pesat saat itu hampir kosong dari materi, tetapi menyimpan sejumlah besar energi gelap. Energi gelap adalah kekuatan misterius yang menurut para ilmuwan mendorong ekspansi percepatan alam semesta saat ini.
Selama inflasi, energi gelap membuat alam semesta menjadi halus dan berakselerasi. Tapi itu tidak bertahan lama.
"Itu hanya energi gelap sementara," kata Carroll.
"Itu diubah menjadi materi biasa dan radiasi melalui proses yang disebut pemanasan ulang. Alam semesta berubah dari dingin selama inflasi menjadi panas lagi ketika semua energi gelap hilang," imbuhnya.
Filippenko mengatakan para ilmuwan tidak tahu apa yang mungkin telah mendorong inflasi. Itu tetap menjadi salah satu pertanyaan kunci dalam kosmologi Big Bang.
(lom/fea)