Mutasi Varian BA.2 Sebabkan Gejala Serius, Ahli Minta Waspada

CNN Indonesia
Sabtu, 19 Feb 2022 10:52 WIB
Ilustrasi Virus SARS-CoV-2 varian BA.2. (Foto: iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mutasi SARS-CoV-2 subvarian Omicron, BA.2 mendapat perhatian para ahli di Jepang. Varian "Omicron siluman" itu dinilai tak hanya dapat menyebar lebih cepat dari mutasi lainnya, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi dengan gejala serius seperti varian sebelumnya termasuk varian Delta.

Fakta terkait varian BA.2 dapat menjadi gejala serius pada manusia merupakan penelitian terbaru dari sebuah laboratorium di Jepang. Penelitian baru ini diunggah dalam jurnal bioRxiv.

Dalam penelitian juga disebutkan subvarian BA.2 resisten terhadap beberapa pengobatan termasuk sotrovimab, antibodi monoklonal yang saat ini digunakan untuk melawan Omicron.

BA.2 yang disebut sebagai "omicron siluman" dapat menembus imun seseorang yang sudah dapat vaksin Covid-19. Namun ahli mengklaim suntikkan booster bisa menghindari gejala serius sekitar 74 persen.

"Mungkin dari sudut pandang manusia, virus yang lebih buruk daripada BA.1 mungkin dapat menular dan menyebabkan penyakit yang lebih buruk," kata Daniel Rhoads, kepala bagian mikrobiologi di Klinik Cleveland, Ohio.

Tim peneliti menganggap mutasi BA.2 sangat bermutasi dibandingkan dengan virus penyebab Covid-19, yang pertama muncul di Wuhan, China. Varian itu juga memiliki lusinan perubahan gen yang berbeda dari strain Omicron asli.

Hal itu membuat BA.2 berbeda dari varian virus terbaru seperti varian Alpha, Beta, Gamma dan Delta.

Kei Sato, peneliti di Universitas Tokyo yang melakukan penelitian, berpendapat temuan ini membuktikan BA.2 tidak boleh dianggap sebagai jenis Omicron, dan perlu dipantau lebih ketat.

"Seperti yang Anda ketahui, BA.2 disebut 'siluman Omicron'," kata Sato.

Itu lantaran ketika tes PCR sampel tidak muncul sebagai kegagalan target gen S, seperti pada varian Omicron. Oleh karena itu, Lab harus mengambil langkah ekstra dan mengurutkan virus untuk menemukan varian ini.

Terpisah, Deborah Fuller, ahli virus di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, yang meninjau penelitian tersebut setuju adanya penamaan varian baru dari BA.2.

"Sepertinya kita mungkin melihat huruf Yunani baru di sini," ujarnya dikutip CNN.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC AS) memperkirakan sekitar 4 persen warga AS positif Covid-19 sekarang memiliki infeksi yang disebabkan oleh BA.2, tetapi banyak negara yang lebih berpengalaman dengan varian ini.

Berdasarkan data dari seluruh negara, tingkat keparahan subvarian BA.2 sekitar 30 persen hingga 50 persen lebih menular daripada Omicron. Varian itu telah terdeteksi di 74 negara dan 47 negara bagian AS.

Kini, sedikitnya 10 negara sudah mendeteksi varian ini, di antaranya Bangladesh, Brunei, China, Denmark, Guam, India, Montenegro, Nepal, Pakistan dan Filipina.

Temuan gejala serius pada subvarian BA.2 itu diunggah sebagai studi pracetak di bioRxiv dalam sebuah penelitian jurnal medis. Pracetak berarti penelitian itu belum ditinjau sejawat atau belum peer review.

(can/mik)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK