Larangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap pengguna kendaraan berbasis mesin atau konvensional di Ibukota Negara (IKN) Nusantara dinilai kurang tepat oleh pemerhati otomotif.
Pewarta otomotif senior Munawar Chalil menilai tujuan Jokowi yang ingin IKN bebas emisi sebetulnya tak sesuai dengan apa yang dilakukan pemerintah dalam membangun kawasan itu sebab dianggap telah merusak hutan.
"Di satu sisi ingin udara bersih, tapi di sisi lain membabat hutan untuk membangun kota," kata Chalil saat dihubungi, Kamis (24/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertanyaannya, apakah udara bersih atau zero emission yang dihasilkan kendaraan listrik di IKN sepadan dengan hilangnya sebagian hutan yang berperan sebagai paru-paru bumi?" kata Chalil menambahkan.
Jokowi dalam konferensi pers menyampaikan ibu kota negara baru dibangun dengan konsep kota hutan pintar.
Jokowi menjelaskan IKN Nusantara dibangun dengan memprioritaskan mobilitas warga pejalan kaki. Transportasi yang jadi unggulan adalah sepeda dan kendaraan umum ramah lingkungan.
"Jadi, yang senang jalan kaki, silakan pindah ke ibu kota baru, yang senang bersepeda, ingin sehat, juga pindahlah ke ibu kota baru. Kalau yang senang naik mobil, apalagi yang mobilnya pakai BBM fosil, jangan pindah ke ibu kota baru," kata Jokowi belum lama ini.
Chalil mengatakan alangkah lebih baik pemerintah tidak terlalu ngoyo meminta masyarakat beralih ke mobil listrik. Sebab ia mengatakan harga kendaraan itu saat ini masih belum terjangkau.
Sebagai informasi mobil listrik kapasitas lima penumpang paling murah saat ini, Hyundai Ioniq Electric dan Kona Electric, harganya Rp600 jutaan.
"Untuk masyarakat umum diberlakukan secara bertahap. Kenapa, karena harga kendaraan listrik saat ini masih belum terjangkau oleh kebanyakan konsumen," ucapnya.
Lebih baik, kata dia, instansi atau pemerintahan yang mulai duluan untuk penggunaan mobil atau motor listrik sebagai kendaraan dinas.
"Sebaiknya mulai dari transportasi publik dan mobil dinas instansi dulu," ungkap Chalil.
'Desakan' penggunaan kendaraan listrik di IKN dianggap akan membawa angin segar bagi pabrikan yang siap dengan produk dan investasi. Namun Chalil menilai itu hanya bersifat sementara.
Pemain mobil listrik di Indonesia sekarang masih sedikit yaitu hanya Hyundai, Nissan, dan Tesla. Namun jika bicara soal hybrid, produsen yang sudah memasarkan produk mulai masif dan utamanya merek Toyota.
Sedangkan dari sisi mobil komersial atau bus dan motor listrik, produsennya terus tumbuh baik itu dari China maupun dalam negeri.
"Kalau yang diuntungkan secara jangka pendek, tentu saja produsen kendaraan listrik dan penyedia daya listrik," kata Chalil.
(ryh/fea)